Jika Puti Maju, Gus Ipul Semakin Moncer
De facto, Anas harus mundur sebagai calon Wakil Gubernur untuk mendampingi calon Gubernur Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) dalam ajang pertarungan politik memperebutkan kursi Jatim-1. Keterpaksaan mundurnya Anas ini, sungguh merupakan pukulan berat bagi Gus Ipul. Seperti tersambar petir di siang bolong, kepanikan pun wajar terjadi menggoyang kubu Gus Ipul. Dalam keadaan pincang ini tentu kubu pesaing, Khofifah-Emil, berada di atas angin.
Mesin kalkulator politik di tangan para pengamat pun mulai bekerja melakukan kalkulasi baru. Dengan posisi hitungan sementara, tentunya terbalik. Kalau sebelumnya pasangan Gus Ipul-Anas yang menempati posisi atas, wajar bila pasca ‘musibah Anas’ jadi sedikit melorot. Secara hitungan kasar, pasangan Khofifah-Emil diuntungkan. Kecuali PDIP melakukan terobosan yang menarik dan menjanjikan.
Oleh karenanya, faktor siapa pengganti Anas yang akan ditugaskan PDIP mendampingi Gus Ipul, menjadi faktor yang memainkan peran strategis. Sampai tulisan ini dibuat, upaya mengajukan Puti, putri dari putra sulung Bung Karno, Guntur, masih terus dilakukan. Bila Puti berhasil dimajukan sebagai cawagub yang baru menggantikan Anas, kalkulator politik para pengamat dipastikan akan berhenti bekerja sejenak, dan kembali melirik Gus Ipul yang menjadi kian moncer. Setidaknya gairah politik kaum banteng kembali terpompa dengan semangat tempur yang lebih tinggi. Dengan demikian pasangan ini adalah opsi yang paling ideal.
Di samping nama Puti, memang ada nama Ahmad Basarah, Wakil Sekjen PDIP, dan Bupati Ngawi Budi Kanang S yang masuk bursa calon pengganti Anas. Namun tidak menutup kemungkinan di menit-menit terakhir Megawati membuat kejutan tak terduga. Asal saja jangan sampai Gus Ipul sendiri yang malah paling terkejut. Kejutan dimaksud seperti dalam kasus Jawa Barat. Dimana Megawati mengusung dua jenderal; yang satu mantan dan yang satu masih aktif, dimajukan Megawati sebagai Cagub dan Cawagub versi PDIP untuk memperebutkan kursi Jabar-1.
Akan tetapi kecenderungan Puti yang akan ditampilkan sangat besar, karena pertaruhan yang cukup besar dikarenakan beberapa daerah pemilihan gubernur di Jawa, PDIP berada dalam posisi kurang bertaji. Sehingga memenangkan Pilgub Jatim merupakan taruhan yang cukup diperhitungkan. Jatim jangan sampai semakin kecil peluang untuk menang! Oleh karenanya memilih Puti merupakan pilihan yang mengingatkan pertemuan saya, Megawati, dan Gus Dur; di mana menyatukan gerak kaum Nahdliyin dan kaum Marhaen merupakan gerakan rakyat yang genuine dan berkekuatan dahsyat berdasarkan pijakan natur dan kultur bangsa ini.
Dengan dimunculkannya pasangan ini, Gus Ipul, cicit kyai besar Bisri Syansuri pendiri NU, dan Puti, putri Guntur SP, cucu Bung Karno, merupakan simbol dari role model perpaduan kekuatan rakyat yang lekat dengan kesejarahan bangsa ini. Seharusnya peristiwa ini dijadikan sebagai awal dari bangkitnya kekuatan rakyat yang ideal dan dirindukan. Memakai istilah bahasa senyap orang Jawa, perpaduan ini sebagai sanepo yang merupakan terompet panggilan kepada seluruh kaum Marhaen dan kaum Nahdliyin di seluruh pelosok tanah air. Panggilan untuk merapatkan barisan, membangun kembali barisan rakyat yang kuat dan dahsyat; yang dilahirkan dari rahim natur dan kulturnya pergerakan rakyat Indonesia sejak zaman perjuangan mengusir kaum penjajah.
Mundurnya Anas pun ternyata membawa hikmah. Dan Gus Ipul pun silakan tersenyum lega. Juga Pakde Karwo sebagai kader Banteng, tidak sepatutnya bila tak ikut tersenyum. Walau sebagai Ketua Partai Demokrat di daerah Jawa Timur sekali pun. Karena setahu saya, nilai ideologi bagi seorang Pakde Karwo ditempatkan jauh lebih tinggi dibandingkan kepentingan politik yang bersifat sesaat, pragmatis, sementara.
Nah, sebaiknya silakan berdamai antar kandidat Gus Ipul-Khofifah, dengan saksi seorang Pakde Karwo. Toh siapa pun yang menang, NU dan kaum Banteng lah yang keluar sebagai juaranya! Nggak perlu ribut-ribut, saling menjelekkan, apalagi saling fitnah dan saling tikam. Orang Jawa bilang : SARU!!!
*) Erros Djarot adalah budayawan, seniman, politisi dan jurnalis senior - Tulisan ini dikutip sepenuhnya dari laman Watyutink.com
Advertisement