Jihad Data Digital! Strategi NU Bangkitkan Peradaban Terkini
Solusi ke depan, NU harus 'friendly' dengan generasi milenial atau digital, kelompok kelas menengah dan juga fokus ke masyarakat kota atau urban.
Demikian diungkapkan Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur H Hakim Jayli. Menurutnya, Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945 perlu digelorakan kembali sesuai kondisi terkini adalah Resolusi Jihad Kedepan berupa Resolusi Jihad Data Digital.
"Ya, kondisi terkini yang dihadapi NU sudah sangat berubah karena masyarakat sudah 60 persen kelas menengah, generasi digital, dan masyarakat kota atau urban," katanya dalam Diskusi Buku dan Sarasehan #NUDigdaya di Kantor PWNU Jatim, Surabaya, Jumat (8 November 2024) petang.
Dalam diskusi buku bertema "Nahdlatul Ulama, Transformasi Digital dan Peradaban Data" yang dibuka Sekretaris PWNU Jatim DR Ir H Muhammad Faqih itu, pimpinan TV9 NU itu menjelaskan NU harus menyesuaikan dengan kondisi terkini jika NU tidak mau ditinggalkan masyarakat.
"Solusi ke depan, NU harus 'friendly' dengan generasi milenial atau digital, kelompok kelas menengah dan juga fokus ke masyarakat kota atau urban, meski tidak meninggalkan desa dan generasi tua. Jadi Resolusi Jihad NU ke depan itu Resolusi Jihad Data Digital," katanya.
Data dan Peradaban Baru
Sementara itu, penulis buku "In Bed with Data, Peradaban Data, Riset, dan Masa Depan Manusia" yang juga Ketua PBNU Hasanuddin Ali mengaku selama 25 tahun menjadi periset (2000-2024) telah meyakini bahwa masa depan akan berbasis algoritma atau bersumber data.
"Karena itu, saya sudah meyakini bahwa driver peradaban itu sains dan teknologi yang juga termasuk data di dalamnya, karena itu penguasaan data ke depan itu sudah fardlu ain (kewajiban individu) agar tidak salah," kata periset 'Alvara Research' itu.
Dalam diskusi yang juga menampilkan Wakil Bendahara PWNU Jatim yang juga Direktur NU Online Jatim Gus HM Yusuf Adnan dan Dodik Arianto (GM Indonesian East XL Axiata) itu, ia menyatakan riset tentang masyarakat yang berafiliasi ke NU berkisar 50-58 persen.
"Artinya, NU di Indonesia itu sudah diatas 100 jutaan, tapi generasi ke depan juga sudah 98 persen generasi internet atau generasi digital, karena itu tantangan NU ke depan agak berat untuk memberikan layanan digitalisasi, terutama di bidang kesehatan, pendidikan/literasi, ekonomi, dan keagamaan," katanya.
Hal itu juga dibenarkan Wakil Bendahara PWNU Jatim Gus HM Yusuf Adnan. "Warga NU itu jangan takut dengan teknologi, karena generasi pertama NU seperti Mbah KHM Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Hasbullah itu terbiasa dengan keilmuan, diskusi, buku, pendidikan/pesantren," katanya.
Pandangan yang sama juga disampaikan Sekretaris PWNU Jatim, M Faqih.
"Acara ini sangat penting bagi NU, apalagi saat ini kesadaran tentang urgensi data bagi NU mulai muncul, karena itu memasuki abad kedua NU tidak hanya sekadar sadar, tetapi juga mau melakukan," ucapnya.
Ia menyebutkan saat ini masanya semua memiliki berbasis data, misalnya data lembaga pendidikan NU.
"Dengan data, kita bisa melakukan social engineering hingga political engineering. Data merupakaan kekayaan yang sangat besar bagi sebuah organisasi seperti NU," katanya.