Guru Besar ITS Ciptakan Alat Penjernih Air Sumur Siap MinumÂ
Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengaplikasikan proses reverse-osmosis membrane sebagai metode penjernihan air untuk kebutuhan air minum. Proses ini berfungsi membersihkan air sumur dari senyawa logam dan bakteri dan siap untuk diminum.
Tim Abmas yang diberi pengarahan oleh Prof Fahimah Martak ini mengawali penelitian dengan mencari metode yang cocok untuk pengolahan air minum. Dalam program ini, pengujian kualitas air sumur menjadi hal yang utama.
“Selain itu, sampel air untuk pengujian juga berasal dari air kolam Departemen Kimia ITS serta air PDAM yang mengandung kontaminan seperti bakteri E. Coli, senyawa beracun, dan logam berat,” kata Fatimah.
Guru besar Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data ITS tersebut menuturkan, metode yang telah diuji berhasil diselesaikan dan menghasilkan produk berupa air minum sesuai standar baku mutu air minum pada PP Nomor 82 Tahun 2001.
Untuk itu, metode tersebut dibuat dalam sebuah rangkaian alat dengan spesifikasi seperti pengolahan air minum pada umumnya sesuai arahan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Rangkaian alat tersebut terdiri dari pemisahan melalui lima rangkaian penyaring (filter) untuk menyaring logam berat, partikel-partikel berukuran mikro, serta menghilangkan bau. Setelah itu, air berpindah ke reaktor ultraviolet yang mampu mematikan mikroba.
“Selanjutnya, air dialirkan melalui membran reverse osmosis untuk memurnikan dari kandungan logam, virus, ataupun bakteri,” papar guru besar bidang senyawa kompleks tersebut.
Alat penjernihan air yang berhasil dikembangkan ini diberikan kepada Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlahiyah yang terletak di Desa Pagentan, Kecamatan Singosari, Malang.
Hal ini dilakukan dalam upaya pemenuhan kemandirian air minum dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Untuk itu, sosialisasi mengenai penjernihan air dan cara pengoperasian alat juga diberikan kepada para santri dan pengurus ponpes.
"Alat ini berhasil dipasang dan langsung terhubung dengan keran air masjid yang bersumber dari air sumur. Ketika keran air dihidupkan, maka air dapat langsung melewati proses pengolahan tanpa perlu ditampung dalam tandon," paparnya.
Menurut Fatimah, hal tersebut merupakan langkah efisien untuk pengolahan air minum, sehingga penghuni ponpes dapat langsung meminum air hasil olahannya.
Dengan demikian, Fahimah beserta tim berharap alat pengolahan air hasil penelitian timnya ini menjadikan para santri dapat memanfaatkan air minum tersebut, sehingga mampu menghemat biaya pembelian air minum kemasan.
"Juga dengan masyarakat sekitar supaya bisa memanfaatkan air jernih tersebut.
karena alat penjernihan tersebut diletakkan di masjid sehingga dapat dimanfaatkan semua pihak," tutup Fatimah.