Jenis Tarian Papua dan Fakta Menarik di Balik Ritual Mistis
Sejak awal diumumkannya Papua sebagai tuan rumah PON XX, banyak masyarakat mulai menyoroti keindahan alam Papua serta budayanya. Tak terkecuali Awwalur Rizqi Al-firori atau kerap disapa Alffy Rev. Pemuda berbakat asal Jawa Timur ini dikenal melalui karyanya baik berupa musik maupun video.
Pria kelahiran 18 Juni 1995 ini adalah produser musik, YouTuber, cinematographer, dan pencipta lagu. Karya terbarunya berjudul The Spirit of Papua. Seperti unggahannya di Instagram @alffy_rev, dia mengunggah video orang-orang papua yang sedang menari tarian Papua, serta pemandangan Papua yang indah. Dia mengandeng penyanyi jebolan Indonesian Idol, Nowela, grup tari Funky Papua, dan grup Epo D'fenomeno.
"Setidaknya karya ini akan menjadi tombak identitas bahwa Papua adalah saudara saya seutuhnya mutlak sebagai kami bangsa indonesia yang merdeka berbudaya," demikian penjelasan Alffy Rev.
Alffy Rev selalu bangga dengan budaya yang ada di Indonesia. Dia seringkali menampilkan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Sebelumnya, Alffy Rev viral berkat lagu Wonderfull Indonesia.
Setiap tari tradisional memiliki keunikan sendiri yang menunjukkan identitasnya. Inilah mengapa suatu daerah bisa dikatakan unik. Begitu juga dengan tarian khas Papua yang memiliki ciri khas yang menggambarkan keistimewaan keseniannya.
Seperti apa tarian khas adat Papua yang menakjubkan tersebut? Simak ulasannya.
Tarian Papua
Tarian adat daerah Papua merupakan aset bangsa dalam bidang kesenian nusantara. Melalui seni tari, Papua mengeskpresikan emosi dan budaya lokalnya. Bisa dibilang tari tradisional Papua adalah cerminan jati diri yang harus dipahami oleh semua orang, khususnya warga Indonesia, bukan hanya warga yang tinggal di wilayah Papua saja.
Kini beberapa tarian daerah Papua mulai ada yang dilupakan. Banyak faktor kenapa bisa demikian. Salah satunya, kurangnya rasa memiliki, sehingga dengan mudah melupakannya. Padahal pada zaman dahulu, leluhurnya dengan banyak pengorbanan membuatnya, namun kini seperti tiada harganya jasa-jasa para leluhur dimasa lalu.
Tari adat tradisional dari Papua juga memiliki satu ciri khas yang sangat terkenal di penjuru Indonesia. Yaitu tari-tari Papua selalu memiliki gerakan yang dinamis, enerjik, dan penuh semangat. Misalnya dalam suatu tari Papua pasti ada gerakan memainkan kaki dan melompat.
Papua memiliki puluhan tari tradisional yang berasal dari berbagai daerah dan suku di Papua. Setiap tari memiliki cerita yang terkandung di dalamnya. Tari-tari ini juga memiliki fungsi atau tujuan yang berbeda-beda mulai dari tari sebagai penyambutan, hiburan, atau tari yang sakral sebagai pengusir roh jahat.
18 Jenis Tarian Adat Papua
1. Tari Selamat Datang
Tari Selamat Datang terkenal sebagai tari penyambutan. Suku Malamoi Sorong yang ada di Papua Barat menamai tarian ini "Naini" atau "Kemari, Kemari Bersama". Tarian ini visualisasi dari rasa hormat sekaligus tanda sang tamu telah diterima.
2. Tari Wutukala
Tari Wutukala berasal ini dari Papua Barat, khusus suku Moi, tarian wutuk kala mengisahkan seseorang yang berburu ikan dengan menggunakan seakar pohon yang dapat membius ikan sampai mati dengan cara, akar pohon yang dicabut di tempatkan pada satu tempat yang telah disediakan dalam kolam ditumbuk dan disebarluaskan ke tempat-tempat di mana ikan-ikan bersembunyi.
3. Tari Sajojo
Sajojo menjadi cara bagi masyarakat Papua untuk menyampaikan pesan selamat datang kepada para tamu kehormatan. Tarian ini sering ditampilkan pada upacara adat, hiburan atau promosi wisata. Keunikan tarian ini terletak pada hentakan kaki dan gerakan badan yang dinamis. Jumlah penarinya bisa genap atau ganjil serta tak terbatas. Penarinya laki-laki, perempuan, tua atau muda. Nama Sajojo diambil dari lagu daerah yang mengiringinya. Lagu ini mengisahkan bunga desa yang dipuja para pemuda. Tari Sajojo sudah ada sejak 1990-an.
4. Tari Antoroni
Tari Antoroni merupakan tarian yang berasal dari daerah Yapen Waropen, Wandamen. Tarian ini diperkenalkan oleh Jotjam Mg. Wanggai. Penari pria dan perempuan membawa perlengkapan antoroni (obor), umbee (parang), afai (apanah) atau ato (busur panah), rawangguai (piring), dan neina nunggamiai nuntarai (rangka tengkorak manusia). Alat musik yang mengiringi tari ini adalah tikainotu atau tifa, dan tabura atau triton, disertai beberapa lagu antara lain Sere-sere Muto, Bosare Bana Yuaou, dan Andi Dona-dona Reyo.
Penari mengenakan pakaian kawui barika (cawat biru), dan kuwai bua (cawat putih). Penari pria mengenakan cawat di bagian kepala, sedangkan penari wanita memakai rok atau kain. Mereka juga mengenakan perhiasan dari burung Cenderawasih, bulu burung mambruk, dan gelang yang terbuat dari kulit Bia.
5. Tari Aya Nende
Tari Aya Nende terdapat di daerah Mimika bagian yang berbatasan dengan daerah Asmat, Kabupaten Merauke. Tari ini memiliki empat urutan tari.
6. Tari Falabea
Tari Falabea biasa dilakukan Suku Sentani. Falabea artinya perang. Tarian ini menggambarkan sifat kepahlawanan. Pertunjukan tari ini dilakukan di tanah lapang pada petang atau malam hari.
7. Tari Musyoh
Tari Musyoh merupakan tarian sakral untuk menenangkan arwah yang meninggal karena kecelakaan. Tarian ini juga bertujuan untuk mengusir arwah gentayangan. Tari Musyoh dilakukan penari pria diiringi alat musik tradisional Tifa.
8. Tari Awaijale Rilejale
Tari Awaijale Rilejale berasal dari Sentani, Jayapura. Tari ini mengambarkan keindahan alam danau sentani pada waktu senja, ketika para warga pulang dari bekerja dengan menaiki perahu. Para penari terdiri dari pria dan perempuan. Mereka mengenakan pakaian yang disebut pea malo terbuat dari serat pohon genemo, kulit kayu, dan daun sagu, serta menggunakan perhiasan hamboni atau kalung manik-manik.
9. Tari Aniri
Tari Aniri berasal dari kampung Koakwa, Kabupaten Fak-Fak. Tarian ini berhubungan dengan magis. Menggambarkan pembebasan seorang anak dari gangguan setan, karena ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Aniri mempunyai arti pembebasan seorang anak. Gerakan tari Aniri dinamis dan memberikan kesan sakral. Tak sembarangan orang bisa menarikannya.
10. Tari Det Pok Mbui
Tari Det Pok Mbui atau upacara topeng setan berasal dari tiga kecamatan yaitu Agats, Sauwa Ema, dan Pirimapun, Kabupaten Merauke. Tarian berdurasi empat jam dilakukan usai panen sagu. Wajah dan tubuh penari dihiasi arang dan kapur. Penari melakukan di tepi sungai, karena ada adegan menaiki perahu.
11. Tari Aluyen
Aluyen mempunyai arti lagu yang dinyanyikan, tari Aluyen merupakan tari tradisional yang digunakan sebagai upacara adat yang berhubungan dengan membangun rumah baru, membuat kebun baru, dan lain sebagainya. Tari Aluyen berasal dari daerah Kalasaman, Kabupaten Sorong, Papua Barat.
Tari Aluyen dipimpin oleh seorang penari dan diikuti penari-penari pria dan wanita. Penari wanita berada di belakang pemimpin dengan dua barisan memanjang, kemudian penari prianya berada dua baris dibelakang penari wanita. Penari melakukan gerak kaki mengikuti irama sambil bergoyang pinggul. Para penari mengenakan pakaian yang dinamakan kamlanan, dengan perhiasan yang dipakai di tangan atau gelang yang terbuat dari li (manik-manik), medik (gelang dari sejenis tali tertentu), dan eme (perhiasan dari daun pandan).
12. Tari Afaitaneng
Tari Afaitaneng berasal dari daerah Ambai, di Pulau Yapen, Serui Bagian Selatan, Kabupaten Yapen Waropen. Tari Afaitaneng termasuk jenis tradisional yang berhubungan dengan kepahlawanan. Afaitaneng mempunyai arti panah milik kami. Kata afaitaneng berasal dari kata afai (panah) dan taneng (milik).
Tari Afaitaneng dipertunjukkan selama semalam suntuk dimulai sore atau malam hari sesudah berperang. Tari ini menggambarkan kehebatan, kekuatan, dan kemenangan rombongan perang melawan musuh dengan bersenjatakan panah.
13. Tari Suanggi
Gerakan tarian ini sekilas mirip dengan gerakan dukun yang tengah mengobati pasiennya. Tarian Suanggi mengisahkan seorang pria yang ditinggalkan mati istrinya. Roh istri pun gentayangan hingga mengganggu warga sekitar. Mantan suami pun wajib melakukan ritual untuk menenangkan arwah tersebut. Ritual tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah tarian.
14. Tari Yospan
Tari Yospan adalah tari persahabatan muda mudi Papua. Yospan singkatan dari Yosim dan Pancar. Tarian Yosim berasal dari Sarmi, kabupaten daerah pesisir bagian utara Papua. Ada juga yang mengatakan bahwa tarian ini berasal dari Teluk Saireri. Yosim mirip Polonasie, tarian lambat dari Polandia. Sedangkan pancar adalah tarian yang berkembang pada awal 1960-an di Biak Numfor dan Manokwari. Nama awalnya adalah Pancar Gas. Pada praktiknya tari Yospan dilakukan lebih dari satu orang.
15. Tari Seka
Tari Seka merupakan salah satu tarian adat masyarakat di Selatan Papua yang meliputi wilayah Timika, Kaimana dan Fakfak. Tarian yang melambangkan ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta ini hadir mewarnai kehidupan masyarakat pesisir.
16. Tari Balengan atau Tari Pergaulan
Tari balengan adalah tari pergaulan masyarakat pesisir pantai Nabire Papua (di sekitar teluk Sarera). Tarian yang juga dikenal dengan nama Ande Saira merupakan tari kreasi dari jenis tari tradisional yaitu dansa adat.
Ande Saira mula-mula merupakan tarian dalam rangka tujuan-tujuan tertentu dan dilakukan pada saat ritual-ritual adat lainnya berlangsung misalnya pada saat pesta cukur rambut, atau tindik telinga. Kini, tarian tersebut sering dilakukan untuk menjalin keakraban pergaulan antara pemuda-pemudi, karena itu maka tari balengan disebut tari pergaulan.
17. Tari Pangkur Sagu
Tarian pangkur sagu merupakan tarian Papua yang menceritakan tentang mata pencaharian masyarakat papua dengan membuat sagu mulai dari menebang pohon, memeras air, hingga mengolah sagu.
Dalam membuat sagu masyarakat papua sering mengadakan ritual pesta yang berupa menyanyi dan menari. Bagi masyarakat Papua, tarian pangkur sagu merupakan simbol gotong royong, kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan.
18. Tarian Tumbu Tanah
Tari Tumbuh Tanah dikenal hampir sebagian besar kelompok suku yang tersebar di wilayah Kepala Burung tanah besar Papua dengan berbagai varian gerak tari, lagu serta aksesoris berbeda.
Tarian ini juga memiliki sebutan sesuai dengan kelompok suku masing-masing. Misalnya pada masyarakat sekitar wilayah Sorong seperti orang Maybrat, orang Tehit, orang Moi, dan kelompok suku IMEKO yang menyebut dengan tari Srar sedangkan masyarakat Arfak menyebut dengan tarian Tumbu tanah.
Advertisement