Jenazah Sulit Dikenali, Begini Fakta Korban Lion Air JT 610
Dari 189 penumpang Lion Air JT 610 , baru tujuh berhasil diidentivikasi jenazahnya oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri Kramat Jati, Jakarta.
Kepala RS Polri Tk I, Musafak, mengatakan, lambatnya tim DVI mengidentifikasi jenazah penumpang pesawat terbang tersebut, karena minimnya data post mortem. Meskipun Basarnas telah mengirim 104 kantong jenazah, tidak berati jumlah jenazah yang dievakuasi sama dengan jumlah kantong.
“Karena kantong jenazah yang diterima tim DVI, berisi bagian tubuh penumpang, tidak ada yang utuh dan sudah dalam keadaan rusak,” tuturnya pada ngopibareng.id, Minggu 4 November 2018.
"Seberapa banyaknya data antemortem yang terkumpul, tapi data postmortemnya minim , jenazah sulit dikenali. Sebaliknya bila data postmortem banyak sedang data antemortemnya sedikit, jenazah juga sulit diidentifikasi."
Sedang andalan tim DVI, menurut Musafak, untuk mengidentifikasi jenazah yang sulit dikenali terletak pada sidik jari, gigi dan DNA. Bila ketiga tiganya tidak ada tim kesulitan.
Data antemortem yang sudah diserahkan keluarga penumpang Lion Air JT 610 kepada DVI Polri berjumlah 275 data.
"Karena minimnya data postmortem yang dikirim ke Posko DVI, mengakibatkan untuk mengenali jenazah tersebut diperlukan waktu cukup lama," kata Musafak, di RS Polri Jakarta.
Mengenai tujuh jenazah yang sudah dikenali dijelaskan, waktu itu antara data antemortem dengan post-mortem cocok. Enam di antaranya melalui antemortem sidik jari, dan satu lagi melalui sepatu yang masih melekat pada bagian jenazah.
Seberapa banyaknya data antemortem yang terkumpul, tapi data postmortemnya minim , jenazah sulit dikenali. Sebaliknya bila data postmortem banyak sedang data antemortemnya sedikit, jenazah juga sulit diidentifikasi.
"Karena sudah menjadi tugas dan tanggung jawab tim DVI, sesulit apapun tetap dikerjakan secara profesional," tutur Kepala RS Polri Kramat Jati. ( asm )