Jemblem Aja dech... Biar Bikin Hepi di Malam Minggu
Ini mah baru beranjak siang. "Tuh lihat tuh, matahari juga belum di atas kepala persis kan. Masak sudah ngomongin malam Minggu sih," Kata Happy Suhadi, reviewer kuliner terkemuka Jawa Timur, membuka obrolan siang bersama Ngopibareng.id.
Memangnya tak boleh Mbak? "Boleh ajah sih, sah ajah sih, tapi wasktunya masih lama. Masih beberapa jam lagi ke depan. Juga masih harus melewati dua etape santap makan. Ada makan siang lalu makan malam. Nah setelah itu baru malam minggunya datang," kata dia dengan senyumnya yang paling manis.
Tapi boleh dech, lanjut dia, sembari obrolin apa yang bakal terjadi di malam minggu malam panjang nanti, kita bawa jemblem menjadi teman bincang sembari menanti malam minggu datang.
Jemblem itu kue sensasional warisan nenek moyang. Sensasional juga eksotis. Agak mirip dengan klepon senenarnya. Tapi beda bahan baku, beda cara pembuatan, beda cara menikmatinya, dan biasanya beda juga penjualnya.
Kesamaannya hanya satu, ada gula di bagian tengahnya. Jadi harus hati-hati saat menyantap. Harus pelan-pelan ketika menggigit. Salah menyantap, salah menggigit akan beresiko kena lelehan gula cair yang berada di dalam jemblem.
Resiko paling fatal adalah mucratan gula merah yang bisa mengenai baju. Kalau pas pakai baju hitam tak ada masalah, tapi kalau suka pakai baju putih seperti Pak Presiden Jokowi itu, alamakkkk bisa malu tujuh hari tujuh malam. "Cemot seperti bocah."
Di Kota Surabaya, juga kota-kota di sekitarnya, tak banyak yang menjual kue lawas ini. Mungkin kalau di desa masih cukup banyak yang bikin.
"Buatnya cukup susah, bikinnya ribet. Harus cari singkong atau ubi kayu yang bagus, yang pilihan, baru kemudian diparut. Belum lagi terapkan teknik khusus agar ubi yang diparut tidak langu, tidak banget-banget bertepung, dan seterusnya," kata Kata Happy Suhadi.
Meski sudah jarang yang jualan jemblem, sejatinya kue ini masih memiliki magnet yang luar biasa. Hanya kalah pamor, hanya kalah publikasi, hanya kalah tempat dan teknik berjualan saja.
Mbak Rista misalnya, dia pembuat Jemblem sekaligus penjualnya. Hanya lapak biasa, memakai gerobak dorong. Lolasinya ada di Jalan Bratang Binangun 1/31 Surabaya. "Jangan tanya omsetnya, pokoknya kalau telat antri atau telat WA ke nomornya, dijamin Anda gak bakal kebagian," kata Happy.
Rista dengan Jemblemnya mencoba kekinian. Selain memanfaatkan teknologi android untuk lalu lintas pemesanan, dia membuat jemblemnya sedikit berbeda. Dia memakai trik rasa-rasa untuk mengakomodasi generasi baru agar mau menjajal makanan jemblem warisan nenek moyang ini.
Maka dibuatlah jemblem berisi coklat, berisi keju, berisi nangka, kacang ijo, hingga yang paling original yaitu berisi gula merah. Bisa gula kelapa bisa juga gula tebu. Tapi yang joss pastilah gula kelapa.
"Cukup oke terobosan Mbak Rista ini. Jemblem dia tak berubah bentuk, hanya saja tak lagi bernuansa kuna. Tahu kuna? Kuna itu lawas yang tidak mengenal zaman now. Tapi, kalau saya, tetap favorit yang isi gula merah. Yang original. Kenapa? Ketika nyeplus itu lho, huiiihhh ada mak crottt-nya di dalam. Yakinlah, ini sebuah sensasi yang tak terperikan," katanya sembari nyeplus jemblem sebiji dan selfie bareng Kevin Sudilan.
Mau pesan? Nih WA-nya 087856107137. Kalau pesan, bilang dapat nomor dari ngopibareng.id, biasanya akan dapat bonus. Saribu per biji, murah kan... (*)