Jembatan Timbang Milik Pabrik di Probolinggo Ditera Ulang
Demi akurasi peralatan ukur, takar, timbangan, dan perlengkapannya (UTTP), jembatan timbang di sejumlah pabrik di Kota Probolinggo ditera ulang. Untuk menera ulang, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kota Probolinggo, Jawa Timur, melibatkan Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II, Yogyakarta, Jawa Tengah.
“Untuk menera ulang jembatan timbang yang berkapasitas besar, kami tidak memiliki SDM (sumber daya manusia) juga peralatan, sehingga kami meminta bantuan Direktorat Metrologi Kementerian Perdagangan di Bandung,” kata Kepala DKUPP Kota Probolinggo, Fitriawati, Kamis, 16 Juni 2021.
Akhirnya, Direktorat Metrologi menugaskan sejumlah personel dari BSML Regional II Yogyakarta untuk turun ke Probolinggo. Timbangan raksasa milik empat perusahaan di Probolinggo pun ditera ulang.
Ditemui saat mendampingi petugas dari BSML yang menera ulang jembatan timbang di PT Amak Firdaus Utama (AFU), Fitri, panggilan akrab Fitriawati mengatakan, tera ulang sangat penting. “Kepastian peralatan ukur, takar, dan timbangan sangat penting bagi perusahaan juga untuk warga selaku konsumen,” ujarnya.
Fitri mencontohkan, sempat ada perusahaan yang gagal mengirim barang keluar pulau melalui pelabuhan karena timbangan barangnya tidak akurat (tidak ditera). Setiap tahun, lanjutnya, UTTP harus ditera ulang agar tetap terjaga akurasinya. Masyarakat (konsumen) akan terlindungi dengan mendapatkan barang yang sesuai UTTP.
Disinggung soal temuan petugas BSML yang bertugas di Probolinggo, Fitri mengatakan, secara umum hasilnya bagus. Diakui masih ada kesalahan kecil terkait ukuran timbangan jembatan di sejumlah pabrik.
“Memang ada kesalahan tetapi tidak terlalu signifikan, masih bisa ditoleransi,” jelasnya.
Sedangkan kekurangan peralatan UTTP itu disarankan agar langsung diperbaki oleh teknisinya.
Hal senada diungkapkan Tati Sumiati, staf penera ahli muda BSML Yogyakarta di sela-sela tera ulang timbangan jembatan di PT AFU, Kota Probolinggo. “Beberapa perusahaan yang kami datangi, timbangan jembatannya bagus,” katanya.
Untuk timbangan raksasa, kata Tati, selisih kecil masih ditoleransi. “Misalnya jembatan timbang dengan kapasitas 50 ton, ada toleransi kesalahan hingga maksimal 30 kilogram,” ujarnya.
Kalau pun ada timbangan jembatan yang sedikit kurang akurat, BSML menyarankan agar bagian maintanance segera memperbaikinya. “Biasanya, jembatan timbang seperti ini kan ada teknisi yang merawatnya,” katanya.
Nur Cahyo, petugas timbang di PT AFU mengaku, mengapresiasi kedatangan petugas dari BSML Yoyakarta. “Ya biar timbangan yang kami pakai selalu tepat,” katanya.
Pemkot Probolinggo sendiri menargetkan bisa menjadi Daerah Tertib Ukur (DTU) pada 2022 mendatang. DKUPP pun mulai membuka Unit Metrologi Legal sejak setahun lalu.