Jembatan Gantung Ambruk, 23 Murid SMP Luka, 14 Dirawat di RSUD
Diduga tidak kuat menahan beban saat dilewati puluhan murid, jembatan gantung di Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, ambruk, Jumat pagi, 9 September 2022. Akibatnya, sebanyak 23 murid Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Pajarakan, Kabupaten Probolinggo luka-luka, 14 di antaranya dirawat di RSUD Waluyo Jati Kraksaan.
“Sebanyak 14 murid SMPN 1 Pajarakan masih dirawat di RSUD Waluyo Jati, sementara puluhan murid yang mendapatkan perawatan medis di Puskesmas Pajarakan sudah dipulangkan,” kata Kapolsek Kraksaan, Kompol Sujianto, Jumat siang.
Kepala Puskesmas Pajarakan, dr. Maulida Rahmani membenarkan, sedikitnya 23 murid yang menjadi korban jembatan gantung ambruk sempat dibawa ke puskesmas. “Begitu mendengar informasi ada puluhan murid menjadi korban jembatan ambruk, kami langsung mengirimkan mobil ambulans ke lokasi,” ujarnya.
Selain mobil ambulans, dibantu sejumlah mobil milik warga setempat, para murid yang terluka dibawa ke Puskesmas Pajarakan. Semua tenaga medis di puskesmas langsung dikerahkan untuk merawat para murid yang terluka.
Informasinya, Jumat pagi itu para murid kelas 1, 2, dan 3 SMPN 1 Pajarakan berolahraga jalan sehat dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang jatuh pada 9 September. Puluhan murid kemudian melintasi jembatan gantung di Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan itu.
Diduga jembatan gantung berusia tua itu tidak kuat menahan beban puluhan murid sehingga ambruk ke dalam sungai. Menurut informasi warga sekitar, jembatan gantung itu dibangun pada 2001 silam sehingga usianya sudah 21 tahun.
“Awalnya saya dan teman-teman melintasi jembatan gantung dari arah barat ke timur. Sampai di atas jembatan tiba-tiba badan jembatan ambruk ke dalam sungai,” ujar Ramadini Purnama Putra (15), siswa SMPN 1 Pajarakan.
Ditanya kondisi para murid yang ikut terjatuh ke dalam sungai, Ramadini mengatakan, ada yang luka parah, sedang, hingga luka ringan. “Yang jelas, tidak ada korban jiwa dari semua murid kelas 1, 2, dan 3 yang ikut jalan sehat melintasi jembatan gantung,” katanya.
Soal uzurnya jembatan gantung di Desa Kregenan dibenarkan Hariadi, 50 tahun, warga setempat. “Memang jembatan gantung itu sudah tua karena dibangun pada tahun 2001 silam, sehingga tidak kuat menahan beban saat dilintasi puluhan murid bersama-sama. Akibatnya badan jembatan ambruk ke dalam sungai,” ujarnya.
Jembatan gantung di Desa Kregenan, kata Hariadi, merupakan jembatan alternatif bagi warga setempat yang hendak pergi ke Genggong termasuk ke Pesantren Zainul Hasan, Dusun Genggong, Desa Karangbong. “Dengan melintasi jembatan gantung bisa memperpendek jarak dibandingkan lewat selatan, lebih jauh dan memutar,” katanya.
Pasca ambruknya jembatan gantung, Kapolsek Kompol Sujianto langsung memasang garis polisi (police line) di kedua kaki jembatan gantung yang masih tersisa. Selain itu mulut jembatan ditutup dengan palang bambu agar tidak diterobos warga.
“Kami juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman terkait kondisi fisik jembatan gantung itu,” kata kapolsek
Advertisement