Jembatan di Aceh Barat Runtuh Terseret Arus Sungai
Jembatan Ulee Raket yang berkonstruksi rangka baja menghubungkan Kecamatan Kaway XVI-Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat runtuh karena terseret arus sungai yang deras.
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat, Maimun, di Meulaboh, Senin 12 November, mengatakan kondisi abutman jembatan itu sudah lama rusak dan terus tergerus derasnya air sungai.
"Penanganan darurat tidak bisa kita lakukan karena jembatan itu panjang dan secara fisik memang sudah tidak bisa digunakan lagi oleh masyarakat. Apalagi sudah ada garis polisi yang menandakan sudah tidak boleh dilintasi," katanya.
Jembatan Ulee Raket sepanjang 150 meter itu berada di wilayah Desa Sawang Teubee, Kecamatan Kaway XVI yang menghubungkan dengan Pante Ceureumen. Jembatan itu runtuh pada Senin, dini hari.
Tidak ada korban dalam kejadian itu. Kondisi jembatan tersebut sudah mengkhawatirkan karena sering dihantam banjir akibat luapan sungai itu.
Sebelum jembatan itu runtuh, kondisi badan jalan di abutman hanya tersisa sekitar 2,5 meter. Sudah beberapa kali mobil jatuh ke bawah tebing abutman, sedangkan warga setempat juga sering melakukan kegiatan swadaya untuk mengamankan sedikit badan jalan.
Jhon Sabri, warga Pante Ceureumen, menyampaikan bahwa saat ini warga harus menggunakan jalur alternatif atau jembatan gantung lewat Desa Pasie Jeumpa sehingga membutuhkan jarak tempuh yang lumayan jauh.
"Warga yang hendak menuju Kecamatan Pante Cereumen atau dari Pante Cermen tujuan ke Meulaboh harus melewati jalan alternatif jembatan gantung di desa lain, atau pun lewat jalan lingkar dari Kecamatan Meureubo," katanya.
Warga Desa Sawang Teubee sudah sering melakukan upaya perbaikan darurat secara swadaya, malahan pernah menanam pohon pisang di atas abutman jembatan karena sudah berlubang sebagai tanda dan untuk menghindarkan warga dari kecelakaan.
Akan tetapi, usaha warga setempat hanya sebatas menekan risiko kecelakaan, yakni terjatuh saat melintas, terutama pada malam hari, menginggat jembatan tersebut urat nadi transportasi masyarakat dari desa ke kota, demikian pula sebaliknya.
Berdasarkan informasi, sudah beberapa kali dilakukan pengusulan kepada pemerintah terkait dengan pembangunan konstruksi jembatan. Pada dua tahun lalu pernah dilakukan pembangunan tebing dan abutman, akan tetapi ternyata tidak efektif.
Faktor alam yang membuat kondisi pembangunan jembatan di kawasan itu tidak bisa dilakukan optimal, sedangkan banyak warga setempat berkomentar tentang perlunya pemindahan lokasi jembatan ke tempat lain atau alur sungai diluruskan. (an/na)