Jembatan Apung Mudahkan Warga Sidoarjo ke Gresik dan Sebaliknya
Jembatan apung di Desa Bogempinggir, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo semakin memudahkan warga yang hendak pergi ke Desa Sumberame, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik atau sebaliknya. Jembatan itu kini telah selesai dibangun dan bisa dilewati warga tanpa rasa was-was.
Sebelum dibangun jembatan, warga Sidoarjo yang hendak menuju Gresik atau sebaliknya harus menyebrangi sungai Brantas menggunakan perahu tambangan yang penuh risiko, terutama ketika arus sungai deras. Atau bisa juga memutar sekitar tiga kilometer ke arah Timur menuju jembatan.
Ketua Bumdes Kidang Kencono, Desa Sumberame, Ahmad Zainuri mengatakan, jembatan ini dibuat menggunakan 80 drum plastik dan kayu Mahoni. Memiliki lebar 2,5 meter dengan panjang 45 meter dengan lama pengerjaan sekitar 2 minggu.
"Sebelumnya, lokasi ini adalah dermaga perahu tambang. Dengan pembangunan jembatan apung ini sangat bermanfaat bagi warga dua desa di dua kabupaten. Kini mereka bisa lebih cepat dan lebih aman melintasi jembatan apung ini,” ucap Zainuri, Rabu, 14 Juni 2023.
Dikatakan Zainuri, pembangunan jembatan ini melibatkan kerja sama dengan beberapa pihak, seperti Pemdes Bogempinggir serta pihak ketiga sebagai pelaksana. "Untuk melewati jembatan apung ini, sepeda motor yang melintas dikenakan tarif Rp 2 ribu," terangnya.
Kendati demikian, Zainuri tak bermaksud mengambil alih usaha perahu tambang di sekitar lokasi yang telah berjalan cukup lama. “Justru sebaliknya, jam operasional mereka (perahu tambangan) kan terbatas, sedangkan operasional di sini 24 jam nonstop. Mereka juga kami pekerjakan di sini,” terangnya.
Selain itu, Zainuri juga mempersilakan warga sekitar membuka warung di sekitar dermaga jembatan apung ini. “Ini merupakan upaya kita menciptakan peluang usaha bagi warga sekitar yang menganggur,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Bogempinggir, Sutikno mengatakan, dengan adanya jembatan apung ini sangat bermanfaat bagi warga desa sekitar. Mengingat banyak warga desanya yang bekerja di pabrik Wringinanom, Gresik. "Kini mereka tidak perlu was-was saat menyeberangi sungai menuju tempat kerja dan pulang,” kata Sutikno.
Sutikno mengenang tragedi memilukan yang terjadi di sungai pecahan Brantas, pada bulan April 2017 silam. Akibat derasnya arus sungai menenggelamkan 12 penyeberangan perahu tambang. Tujuh orang dilaporkan tewas karena tragedi tersebut.
"Nah dengan jembatan apung yang bisa menyesuaikan ketinggian arus sungai ini, warga yang melintas lebih aman,” imbuhnya.
Salah satu warga Desa Bogempinggir, Dyah Utami, 37 tahun, mengaku senang dengan keberadaan jembatan apung ini. “Tempat kerja saya di pergudangan seberang sungai, sebelumnya saya harus lewat jembatan desa sebelah, agak jauh sih. Nah dengan jembatan ini saya lebih cepat ke tempat kerja,” kata dia.
Advertisement