Jemaah Tarawih Dibatasi, MUI Probolinggo Soroti SE Menag
Surat Edaran (SE) Menteri Agama Nomor 3/2021 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1442 Hijriah direaksi Majelis Ulama Indonesia (MUI Pimpinan Daerah (PD) Kota Probolinggo. MUI menyoroti, poin pembatasan jemaah salat tarawih hingga 50 persen dari kapasitas ruang masjid atau musala.
“Terus terang, kami bukan menolak SE Menag Nomor 3 Tahun 2021, tetapi ada poin terkat pembatasan jumlah jemaah salat tarawih yang kami soroti,” kata Ketua Umum MUI PD Kota Probolinggo, KH Nizar Irsyad, Senin sore, 12 April 2021.
KH Nizar mengaku khawatir, SE tersebut dijadkan alasan bagi warga yang enggan menjalankan salat tarawih. “Seharusnya, SE Menag tidak usah mencantumkan pembatasan jemaah hingga 50 persen dari kapasitas masjid atau musala,” ujarnya.
Seperti diketahui, SE Menag 3/2021 membatasi jumlah jemaah dalam kegiatan Ramadhan. Mulai jemaah salat wajib lima waktu, salat tarawih, dan iktikaf. SE itu juga membatasi durasi ceramah agama, kuliah subuh, pengajian, tausiah, hingga kultum dbatasi maksimal 15 menit.
Dikatakan kenyataannya selama ini ketika dibebaskan atau tidak ada batasan, jumlah jemaah tarawih tidak bisa memenuhi masjid dan musala. “Apalagi memasuki akhir Ramadhan, jemaah salat tarawih semakin jauh berkurang,” ujarnya.
Selama ini bahkan tanpa ada pembatasan jemaah 50 persen dari kapasitas, masjid dan musala hanya terisi sekitar 40 persen dari kapasitas. “Kapasitas yang tidak sampai 50 persen itu pun pada awal Ramadhan, apalagi di akhir Ramadhan semakin sedikit jumlah jemaahnya,” kata kiai alumnus Pesantren Sidogiri, Kabupaten Pasuruan itu.
Pembatasan jemaah hingga 50 persen sesuai SE Menag, kata KH Nizar, juga kurang pas dikaitkan dengan pelaksanaan salat Jumat selama ini. Masjid-masjid di Kota Probolinggo dipenuhi jemaah salat Jumat hingga berjubel dan meluber hingga di luar bangunan masjid.
“Kalau jemaah salat Jumat tidak dibatasi, sebaiknya jemaah salat tarawih juga tidak dibatasi hingga 50 persen dari kapasitas masjid,” tegas KH Nizar.
Soal protokol kesehatan, KH Nizar mengaku, sepakat dengan anjuran pemerintah seperti, pemakaian masker dan cuci tangan dengan sabun.