Jelang Tahun Ajaran Baru, Penjahit Rumahan di Mojokerto Kebanjiran Orderan
Persiapan memasuki tahun ajaran baru 2024-2025 seragam sekolah menjadi kebutuhan para siswa yang tidak ditawar. Mereka para calon siswa baru utamanya, mendapatkan bahan kain dari sekolahnya untuk dijadikan seragam.
Kondisi ini membawa berkah bagi para penjahit rumahan di Mojokerto. Salah satunya dirasakan oleh Fathoni. Ia pemilik Inoth Tailor di Dusun/Desa Jotangan, Kecamatan Mojosari. Saat ini, pria berusia 43 tahun ini sedang berusaha menyelesaikan belasan seragam sekolah mulai dari jenjang SD, SMP, sampai SMA.
"Minggu lalu saya mengerjakan 12 setel seragam sekolah, minggu ini 14 setel, yang sudah datang akan saya kerjakan ada 16 setel," ujar Fathoni, Rabu 10 Juli 2024.
Bapak satu anak ini mengaku banyaknya orderan membuatnya kewalahan sehingga harus lembur sampai pukul 22.00 WIB. Hal itu agar pesanan bisa selesai tepat waktu.
"Rata-rata saya menjahit tiga sampai empat setel per hari. Biasanya selesai langsung diambil," sambung Fathoni.
Order pembuatan seragam sekolah mulai ramai sejak minggu terakhir di bulan Juni lalu. Pesanannya saat menjelang tahun ajaran baru meningkat hingga 50 persen. Penghasilannya yang biasanya Rp50-100 ribu per hari, kini meningkat menjadi empat kali lipat.
"Tidak pasti, kalau biasanya 50-100 ribu per hari. Alhamdulillah saat ini naik rata-rata Rp400 ribu per hari," ujarnya.
Para pelanggan Fathoni tak hanya datang dari Mojokerto dan sekitarnya saja. Ada juga yang mempercayakan pengerjaan seragam sekolah itu dari Sidoarjo.
Fathoni mematok harga Rp150 ribu untuk menjahit satu setel seragam siswa SMP dan SMA. Sedangkan ongkos jahit seragam SD Rp 125.000/setel. Dari ongkos tersebut, ia meraup keuntungan bersih rata-rata Rp 100.000/setel.
"Kalau celana mau model kempol biasanya untuk SMK tambah Rp 10.000, jadi Rp 160.000/setel," ungkapnya.