Jelang Risma Pensiun, Keluhan Warga di Reses Dewan Masih Sama
Para Anggota DPRD Kota Surabaya menggelar penjaringan aspirasi masyarakat atau reses sejak Senin, 19 Oktober 2020. Bila sebelumnya mereka datang langsung ke dapil-dapil mereka untuk bertemu para konstituen dan menyerap keluhan-keluhan warga terkait kinerja Pemerintah Kota Surabaya, pada reses kali ini anggota dewan hanya bisa melakukannya lewat daring karena masih dalam masa pandemi Covid-19.
Keluhan yang paling banyak dikeluhkan warga di kampung-kampung adalah terkait bantuan bagi orang tak mampu yang belum merata, sanitasi dan saluran air, serta kebersihan lingkungan terkait Mandi Cuci Kakus (MCK).
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Komisi B dan juga Wakil Ketua Fraksi PKB DPRD Kota Surabaya, Mahfudz. Dirinya mengaku heran lantaran setiap reses keluhan warga hampir sama. Ia mempertanyakan kinerja Pemkot selama 10 tahun terakhir. Apalagi Walikota Surabaya Tri Rismaharini sebentar lagi purnatugas.
“Masa iya 10 tahun tidak diurusi setiap keluhan itu? Saya datang ke warga, keluhannya sama. Kami sudah sampaikan ke Pemkot keluhan itu. Tapi ya belum ada dampaknya, pembangunan yang selama ini digaungkan ini, ternyata belum dirasakan warga secara merata,” kaat Mahfudz.
Politisi muda itu mengatakan, di saat akhir jabatan seperti ini harusnya Pemkot bisa lebih menggenjot pemerataan pembangunan yang selalu diprogramkan oleh Risma. Jika tidak, warga akan menyesal memilih Risma saat Pilkada 2015 lalu.
Sebab menurut Mahfudz, membangun Surabaya itu harus dari hal terkecil, yakni terkait penataan kampung-kampung. Mulai dari pavingisasi, saluran pembuangan air, fasilitas MCK, ruang terbuka hijau, hingga program bantuan bagi warga tak mampu.
Setelah hal itu selesai, Pemkot barulah membangun wajah kota agar terlihat modern. Ia berpesan jangan sampai itu dibalik. Menurutnya, saat ini pemkot hanya mempercantik wajah kota, padahal dalamnya bobrok.
“Surabaya itu bukan hanya Darmo, Tunjungan, HR Muhammad, dan jalan besar lainnya. Kalibokor itu termasuk Surabaya, Krembangan, Tegalsari, Bubutan, Simokerto itu juga Surabaya. Masih banyak warga yang buang hajat di sungai karena tidak ada MCK. Ini kan keterlaluan. Orang kalau lihat Surabaya, wah kulitnya bagus. Ternyata dalamnya masih seperti ini, malu lah,” kata Mahfudz.
Maka dari itu, ia berharap Risma dan jajarannya bisa menggenjot pemerataan pembangunan di Surabaya sebelum Risma pensiun. Ia meminta Pemkot fokus untuk warga, bukan mengurusi pilkada semata.
“Wes tah, fokus memeratakan pembangunan saja di 4 bulan terakhir ini. Jangan ke yang lain, apalagi Pilkada. Kan Bu Risma mau purnatugas, biar warga Surabaya melihatnya senang ketika sudah selesai. Biar warga merasakan ‘peninggalan’ dari Bu Risma,” katanya.
“Surabaya itu bukan hanya Darmo, Tunjungan, HR Muhammad, dan jalan besar lainnya. Kalibokor itu termasuk Surabaya, Krembangan, Tegalsari, Bubutan, Simokerto itu juga Surabaya. Masih banyak warga yang buang hajat di sungai karena tidak ada MCK. Ini kan keterlaluan. Orang kalau lihat Surabaya, wah kulitnya bagus. Ternyata dalamnya masih seperti ini, malu lah,” kata Mahfudz.
Advertisement