Jelang Ramadan, Pemprov Berupaya Stabilkan Harga Komoditas
Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkomitmen menstabilkan komoditas pangan menjelang Ramadan 2020 tiba. Maklum, setiap tahunnya terjadi lonjakan harga komoditas utama, seperti telur, minyak, beras, dan gula. Hanya saja, berbeda dengan Ramadan sebelumnya, pada tahun ini kenaikan bahan-bahan pokok juga dipengaruhi oleh tutupnya keran impor karena penyebaran virus corona di seluruh dunia.
Maka itulah, untuk menjaga harga barang tetap stabil di pasaran, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur berusaha untuk mengintervensi harga barang di pasaran, seperti berkoordinasi dengan Bulog terkait masalah beras dan lainnya. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Drajat Irawan.
Salah satu komiditas yang masih tinggi di pasaran adalah gula. Per hari ini harga gula di pasaran sudah mencapai harga Rp19.000-Rp21.000. Menurut Drajat, tingginya harga gula di pasaran karena keran impor belum normal akibat wabah covid-19. Padahal pergerakan harga berbagai komiditas lainnnya saat ini relatif stabil. Mulai dari bawang merah, bawang putih, beras, minyak goreng, dan cabe rawit.
“Tapi akhir-akhir ini sudah masuk 35 ribu ton gula, ini impor. Akhir April nanti itu masuk lagi 21 ribu ton. Kemudian akan masuk lagi 30 ribu ton ke Jawa Timur. Kami berharap dengan intervensi dari keran impor ini, mudah-mudahan harga di pasaran segera stabil, atau paling tidak bisa turun dari harga sekarang yang masih tinggi. Kan masih di kisaran Rp19 ribu sampai Rp.20 ribu per kilo,” kata Drajat kepada Ngopibareng.id, Sabtu 18 April 2020 di Gedung Negara Grahadi.
Ia mengakui, untuk menstabilkan harga gula secara cepat memang menggunakan keran impor. Karena jika menunggu pasokan lokal, akan lebih lama datangnya. Alasannya, musim giling tebu baru dimulai bulan Juni mendatang. Sementara kebutuhan Jatim per bulan adalah 37 ribu ton. Dengan gula impor yang akan masuk sekitar 70 ribu ton, diharap bisa mencukupi stok gula sampai masuk musim giling.
“Sebenarnya kan kalau HET atau harga ecerean tertinggi gula itu kan sebenarnya Rp.12 ribu-Rp13 ribu per kilo. Tapi saat ini kan masih ada masalah didistribusi dan lain sebagainya, sehingga harga menjadi naik. Mudah-mudah dengan tindakan ini, bisa berangsur-angsur kembali normal atau turun,” katanya.
Advertisement