Jelang Puasa, Korban Lumpur Sidoarjo Ziarah Kubur di Atas Tanggul
Tradisi ziarah kubur saat menjelang bulan puasa tetap dilakukan para korban lumpur Lapindo Sidoarjo, meskipun makam keluarga mereka telah tenggelam karena luapan lumpur.
Warga Desa Mindi, Siring, Jatirejo, Renokenongo dan warga desa lain yang wilayahnya tenggelam lumpur Lapindo, nyekar di atas tanggul untuk menghormati orangtua dan kerabat yang telah meninggal dunia.
Hal ini dikarenakan area pemakaman ditenggelamkan oleh luberan lumpur panas Lapindo yang tak kunjung berhenti dan terus menyembur sejak 29 Mei 2006 silam.
Ahmad Tsabiq,50, tahun, peziarah yang dulu tinggal di Desa Mindi, Kecamatan Porong, Sidoarjo mengatakan tradisi tersebut sudah dijalankan secara turun temurun sejak dahulu setiap menjelang bulan Ramadan.
“Ini sudah menjadi tradisi kami sejak dulu. Lumpur yang meluap tak menjadi kendala karena di dalam situ ada makam orang tua dan keluarga kami,” ucap Ahmad, Senin 11 Maret 2024, sore.
Selain berziarah dan berdoa, warga korban lumpur juga melakukan tabur bunga di atas kolam lumpur, selayaknya berziarah ke makam. “Ya selayaknya nyekar dimakan pada umumnya, meskipun yang kita lihat adalah lumpur bukan batu nisan,” imbuhnya.
Ahmad melanjutkan, meski dilakukan di atas tanggul, warga tetap khidmat dalam berziarah dengan mendo'akan orang tua dan kerabat yang telah meninggal dunia.
"Setiap tahun menjelang Ramadan kami selalu mendoakan leluhur, keluarga, kerabat yang sudah meninggal dunia dari atas tanggul ini,” kata Ahmad.
Kegiatan ziarah seperti ini biasanya juga menjadi kesempatan bagi warga untuk bersilaturahmi. Sebab para korban Lapindo ini sudah direlokasi, dan hidup mereka terpencar di tempat yang berbeda.