Jelang Pelantikan Presiden-Wapres, Santri Bangkalan Gelar Kirab
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan menggelar kirab Resolusi Jihad, Kamis 17 Oktober 2019 malam. Kirab dalam rangkaian Hari Santri 2019, menempuh perjalanan dari Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Demangan Bangkalan ke Makam Syaikhona Kholil di Martajasah, Bangkalan.
Selain kegiatan tersebut, dilanjutkan dengan istighotsah bersama. "Dimaksudkan untuk doa bersama agar Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden berjalan sukses," tutur Kiai Makki Nasir, Ketua PCNU Bangkalan, Jumat 18 Oktober 2019.
Peringatan Hari Santri, tepatnya pada 22 Oktober 2019. Merupakan momentum dilahirkannya Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama, oleh Kiai Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945.
Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri NU, adalah santri kesayangan Syaikhona Kholil Bangkalan. Di sinilah, peringatan Hari Santri merupakan momentum penting perjuangan bangsa Indonesia, khususnya bagi kaum santri, dalam mempertahan kemerdekaan RI.
Dalam rangkaian kegiatan Hari Santri 2019, digelar Istighotsah bersama sekaligus berdoa agar Indonesia tetap menjadi negeri yang damai.
Apalagi, dalam waktu dekat, tanggal 20 Oktober 2019, akan diadakan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam Pemilu 2018. Yakni, Presiden Joko Widodo dan Wapresi KH Ma'ruf Amin.
Wakil Presiden kali ini, merupakan representasi kaum santri karena Kiai Ma'ruf Amin adalah pemimpin NU, kini sebagai Mustasyar PBNU.
PCNU Bangkalan sebagai pintu gerbang NU di Madura, menjadi barometer keberhasilan dukungan bagi para ulama Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja).
Warga Bangkalan, demiian Kiai Makki Nasir kerap mengingatkan, memilki filosofi keagamaan yang selalu diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dari generasi ke generasi.
“Bental sadet, sapok iman, pajung Alloh (Bantal Sahadat, selimut iman, payung Allah/red) merupakan falsafah agar supaya selalu melekat kepada kita kultur NU yang agamis, maka tidak bisa diragukan lagi keuletan warga NU Bangkalan dan kepatuhannya kepada para ulama,” tuturnya.
Kiai Makki mengingatkan kembali pentingnya kekompakan dan konsisten dalam mengabdi bersama NU, tidak terpengaruh dengan jargon-jargon baru yang menggerogoti NU.
Ia berpesan agar budaya dan kultur Bangkalan yang agamis jangan sampai terkikis dan digerogoti. Begitu pula Pancasila sebagai intisari dari nilai-nilai Islam sebab bila budaya Bangkalan hilang, maka pengamalan Pancasila sebagai intisari dari nilai-nilai universal Islam akan hilang juga.
Ia mengingatkan, mengenai industrialisasi Bangkalan yang mulai menggeliat. Agar jangan sampai pembanguan di Bangkalan merusak nilai-nilai luhur yang selama ini telah melekat dalam kultur masyarakat Bangkalan.
“Kami tidak anti pembangunan namun kami tidak mau pembangunan yang akan dapat merusak kultur budaya bangkalan yang agamis” tutur Kiai Makki Nasir.
Advertisement