Jelang Pelantikan Presiden, Ini Harapan Suciwati Munir
Jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024. Istri mendiang aktivis HAM, Munir Said Thalib, yaitu Suciwati Munir, berharap agar Presiden terpilih punya kemauan dan keberanian menuntaskan gelapnya kasus pembunuhan Munir.
"Siapa pun presidennya dia harus menuntaskan kasus Munir. Karena ini adalah tanggung jawab negara, bukan lagi tentang siapa presidennya. Jangan kemudian saling lempar, ini bukan di era saya," tuturnya pada Rabu 16 Oktober 2019, di sela-sela acara pembacaan TGPF Munir, di Kali Metro, Kota Malang.
Menurutnya kasus pembunuhan suaminya pada 7 September 2004, lalu enggan ditindaklanjuti oleh Presiden.
"Karena sejak awal kan kami mengatakan bahwa ini adalah ketidakmauan, bukan ketidakmampuan. Katanya Presiden sudah tidak punya beban," ujar Suciwati.
Istri mendiang Munir tersebut, menjelaskan jika Presiden memiliki kemauan, maka ia kan membentuk sebuah tim investigasi baru untuk menyelidiki pembunuhan Munir.
"Itu seperti yang kami harapkan. Ada beberapa hal yang hilang menurut eksaminasi dari Komnas HAM," ujarnya.
Suciwati mencontohkan, seperti kasus persidangan yang dilakukan terhadap Muchdi PR yang harus diulang karena menurutnya banyak kejanggalan.
Muchdi PR sendiri pernah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi pada 2008 karena keterlibatannya dengan kasus pembunuhan Munir tersebut.
Namun, dia dinyatakan tak terlibat sehingga hakim mengatakan bukti-bukti yang diduga mengarahkan dirinya dalam kasus tersebut dinyatakan lemah.
"Jadi itu adalah tantangan kita bersama apakah memilih diam atau bersuara," ujar Suciwati.
Maka dari itu, Suciwati akan terus berupaya untuk mendorong semua lembaga hukum untuk mengusut tuntas peristiwa pembunuhan Munir.
"Kami juga menyerukan kepada masyarakat untuk terus kritis bahwa masih ada kasus yang belum terselesaikan," tutupnya.
Seperti diketahui bahwa Munir melakukan perjalanan udara dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004 lalu. Di atas udara itulah Munir mengembuskan nafas terakhirnya di dalam pesawat dengan penerbangan GA-947 saat transit di Singapura.
Hasil autopsi memperlihatkan ada jejak-jejak senyawa arsenik di dalam tubuhnya. Munir diduga diracun di udara. Pasca 15 tahun kematiannya, istri mendiang terus menuntut keadilan.
Advertisement