Jelang Adaptasi Kebiasaan Baru, UMKM Mulai Bangkit
Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa bagi perekonomian. Tidak terkecuali di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur. Perlahan namun pasti, pelaku UMKM mulai bangkit untuk memulihkan usahanya sambil beradaptasi dengan era adaptasi kebiasaan baru.
Salah seorang pelaku usaha kuliner, Pinisri, warga Desa Sragi, Kecamatan Songgon. Perempuan ini sempat menutup usaha kulinernya “Sri Mulyo” pada akhir Maret 2020, karena sepinya pembeli. Namun Pinisri tetap membuka usaha kuliner olahan pangannya.
"Warung memang tutup, namun saya tetap produksi kue-kue kering. Ini cara saya agar karyawan tetap bekerja, walaupun saya tahu penjualan hampir dipastikan seret," ujarnya, Selasa, 21 Juli 2020.
Perempuan ini menyiasati situasi di masa pandemi Covid-19 dengan menjual produknya secara online. Meski tidak sebanyak penjualan langsung namun paling tidak usahanya tetap berjalan. Sehingga pegawainya tetap bisa bekerja. Sebelum Pandemi Covid-19, sehari dia bisa meraih omset Rp2 juta, saat pandemi hanya Rp 500.000.
Pinisri menyebut, pandemi ini adalah masa bagi dia untuk lebih banyak bersyukur pada Allah SWT. Dia merasa bahwa selama ini sudah banyak rezeki yang mengalir dari usahanya.
"Itu sebabnya saya tidak merumahkan karyawan, saya enggak takut rugi. Saya tidak mau menyerah. Kita harus bangkit," ujarnya.
Warung milik Pinisri sudah kembali dibuka sejak minggu lalu. Pesanan kue dan kripik juga terus berdatangan. Selain terus berproduksi, Pinisri mulai menyiapkan usahanya dengan protokol kesehatan Covid-19.
"Kami harus menyesuaikan dengan aturan yang berlaku. Biar yang datang ke sini merasa aman kalau melihat standar kesehatan sudah kita jalankan," jelasnya.
Pinisri meminta kepada pemerintah dan pelaku pariwisata agar wisata kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan. Karena Pariwisata menjadi penopang kehidupan UMKM.
"Mohon agar wisata segera dibuka kembali. Kalau wisatanya bagus dan taat protokol kesehatan, UMKM-nya juga patuh, maka wisatawan maupun pelaku wisatanya juga sehat," katanya.
Pelaku UMKM lainnya, Susiyati, saat ini mulai mempekerjakan sejumlah karyawannya dirumahkan. Susiyati membuka usahanya sejak 2012. Dia mengaku kondisi pandemi Covid-19 ini adalah yang terparah selama dia menjalankan usaha batik Gondho Arum di Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat.
Dia bahkan merumahkan sementara sejumlah pegawainya. Ini dilakukan karena sejak akhir Maret 2020, omsetnya melorot drastis hingga 90 persen. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, dalam sebulan dia bisa meraih omset Rp100 juta.
"Tamu-tamu luar kota yang biasanya memadati galeri, sudah tidak ada lagi," kata Susiyati.
Seiring mulai dijalankannya era adaptasi kebiasaan baru, pesanan batik mulai berdatangan. Selama dua minggu terakhir, sudah ratusan kain batik dikerjakan untuk memenuhi pesanan.
"Alhamdulillah, order sudah mulai datang. Dari seragam untuk pernikahan, juga ada pesanan dari pelanggan luar kota. Walapun tidak sebanyak dulu, cukup membuat saya lega karena karyawan sudah mulai bekerja kembali," ujarnya.
Susiyati meyakini ke depan kondisi akan semakin membaik. Apalagi Pemkab Banyuwangi telah melakukan berbagai inovasi untuk menyambut era new normal. “Saya optimistis bisa kembali tumbuh seperti dulu, keadaan akan semakin membaik,” pungkasnya.