Jelang Natal Mal di Jakarta Sepi Tidak Ada Obral Diskon
Pedagang yang biasanya memanfaatkan perayaan Natal dan Tahun Baru untuk mencari untung, kini malah banyak yang mengaku gigit jari. Menarik pembeli melalui obral diskon dan banting harga alias cuci gudang, nyaris tak terlihat. Beberapa mall dan pusat perbelanjaan di Jakarta, terlihat sepi. Menurut pengelolanya bukan hanya sepi pengunjung, tapi daya beli masyarakat juga lesu.
"Sehari belum tentu ada yang beli," kata Andreas pemilik sebuah butiq di Mall Taman Anggrek, Jalan S. Parman Jakar Barat.
Ia menyampaikan keluhan itu akibat sepinya pengunjung.
Pengalaman Andreas pada perayaan Natal dan hari raya keagamaan sebelum ada Covid-19, omsetnya bisa mencapai 5 sampai 10 kali lipat. Tapi sekarang berbanding terbalik.
"Dalam satu minggu ini, belum ada satupun yang beli," keluhnya.
Kenyataan pahit ini juga dialami pedagang yang lain.
"Kalau nggak percaya, silakan ditanya satu persatu pedagang di Mall Taman Anggrek. Citraland, Thamrin City, jawabannya pasti sama yaitu sepi," kata Andreas.
Untuk mengurangi beban yang cukup berat akibat menurunnya daya beli masyarakat, Andreas sejak Juli 2020 terpaksa mengistirahatkan 15 orang karyawannya di rumah masing-masing. Mereka akan dipekerjakan lagi setelah ekonomi sudah pulih.
Butik khusus pakaian impor untuk wanita sekarang dijaga sendiri oleh Andreas dibantu istri dan seorang pembantu. "Nggak kuat bayar karyawan," ujarnya.
Sejumlah pedagang di pusat Grosir Tanah Abang juga mengeluh akibat sepinya pembeli. Meskipun Pemerintah Provinsi DKI memperbolehkan pedagang berjualan dengan syarat tetap menjalankan 3M, faktanya banyak pembeli yang takut ke pasar, khawarir tertular Covid-19 dan terjaring razia.
Erlun, pedagang di atas Jembatan Serbaguna di depan Stasiun Tanah Abang, tiba-tiba meluapkan emosinya ketika ditanya omzet penjualannya. Ia langsung menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak becus menangani Corona.
Ibu dua anak ini membandingkan penanganan Covid di Wuhan China, tempat kelahiran Corona. Hanya tujuh bulan bablas katanya. Sedang Indonesia nggak selesai selesai, malah anggarannya dikorupsi.
"Sampean lihat sendiri Tanah Abang sekarang sepi seperti kuburan," katanya.
Sementara Pasar Tanah Abang Blok B, yang menyediakan baju batik dan busana muslim juga mengeluh akibat sepinya pembeli.
"Sudah tujuh bulan Pusat Grosir Tanah Abang mati suri," kata Andika pedagang busana wanita asal Padang.
Ia menginformasikan kalau cukup banyak pedagang di Tanah Abang yang gulung tikar. Sedangkan stannya dijual. Bagi penyewa bulanan stannya ditinggalkan begitu saja, karena tidak terikat perjanjian kontrak.