Jelang Muktamar, Ini 5 Tokoh Jatim Yang Layak Pimpin NU
Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) akan digelar di Lampung pada 22-27 Oktober 2020. Sebagai organisasi tradisional yang besar, NU diyakini memiliki banyak kader yang berpotensi menjadi pemimpin untuk lima tahun ke depan.
Tradisi demokratis di organisasi yang dipimpin kalangan Kiai ini juga terbukti telah berjalan sangat baik sehingga prosesi muktamar diharapkan juga mampu menghasilkan kepemimpinan yang baik.
Ada banyak nama yang telah beredar di berbagai media maupun forum-forum diskusi. Di antara beragam nama itu, muncul beberapa tokoh dari Jawa Timur.
Sebagai basis berdirinya NU, Jawa Timur memang memiliki tradisi kuat melahirkan pemimpin di NU sehingga pada muktamar kali ini, tokoh dari Jawa Timur juga menjadi kunci utama.
Setidaknya ada lima tokoh Jawa Timur yang disebut-sebut layak untuk memimpin PBNU di antaranya adalah:
1. KH. Hasan Mutawakkil Alallah
Ketokohan Kiai yang akrab dengan masyarakat akar rumput ini dimulai dari kiprahnya sebagai pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
Kemudian mendapat amanat menjadi ketua PWNU Jawa Timur yang dia emban selama dua periode.
Pendidikan dasarnya dimulai di pesantren keluarga kemudian dilanjutkan dengan mondok di Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Tak lama kemudian pindah ke Pesantren Lirboyo Kediri. Setelah lulus dari Lirboyo, Kyai Mutawakkil melanjutkan kuliah di Universitas Isam Indonesia (UII) Yogyakarta namun hanya sebentar.
Kesempatan kuliah di Al-Azhar, Mesir yang datang kemudian diambilnya.
Selama di Mesir, banyak bergaul dengan berbagai kalangan dari berbagai negara dan ini memberinya pengalaman internasional sehingga ketokohannya semakin mantap dan berkarakter ramah merangkul semua pihak.
2. KH. Marzuqi Mustamar
Kiai yang lahir di Blitar, 22 September 1966 ini akrab dengan sapaan Kiai Marzuqi. Berlatar profesi seorang dosen di UIN Malang membuatnya memiliki kekhasan pemikiran seorang intelektual yang kiai. Keahliannya berceramah di panggung membuatnya sangat dikenal oleh publik.
Pada tahun 1994, Kiai Marzuqi mendirikan Pesantren Sabilurrosyad di Malang. Lokasinya yang tidak jauh dari kawasan kampus di Kota Malang membuatnya menjadi pilihan mondok dari kalangan mahasiswa dan mahasiswi dari luar kota Malang.
Karir di NU mulai bersinar saat memimpin PCNU Kota Malang dan bertumbuh hingga saat ini menjabat sebagai ketua PWNU Jawa Timur. Selain itu juga pernah menjabat sebagai komisi fatwa di MUI Kota Malang.
Di tengah banyaknya caci maki yang dialamatkan pada tradisi NU, Kiai Marzuqi mampu mengulas dan menyuguhkan dalil-dalil dan arumentasi aqli kebenaran tradisi ibadah NU. Kiai Marzuqi juga dijuluki “Hujjatul NU” karena keahliannya ini.
3. Prof. Dr. KH Ali Maschan Moesa
Lahir di Tulungagung, 1 Januari 1956, Prof Ali memiliki latar belakang profesi sebagai dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Prof Ali juga pernah menjabat sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa pada periode 2009-2014, yakni sebagai anggota komisi VIII yang bermitra dengan Departemen Agama, Departemen Sosial, Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia.
Pada tahun 2003 pernah maju sebagai calon Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur namun belum menuai keberhasilan.
Karirnya di NU juga tergolong moncer dan pernah menjabat sebagai ketua PWNU Jawa Timur dan terkenal sebagai dai DPR (Dewan Pengajuan Rutin). Saat ini ia menjabat sebagai rektor Uniska Kediri.
4. Saifullah Yusuf
Pria yang akrab dipanggil Gus Ipul ini lahir di Pasuruan pada tanggal 28 Agustus 1964. Meskipun dikenal sebagai mantan Wakil Gubernur Jawa Timur, ketokohan Gus Ipul adalah di level nasional sebab pernah sukses memimpin Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Anshor, salah satu Badan Otonom NU yang mewadahi kaum muda NU selama dua periode yakni 2000-2005 dan 2005-2010.
Selain itu beberapa posisi penting negeri ini juga pernah diembannya antara lain: Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Komisaris BRI, Anggota DPR RI dari PDIP yang kemudian mengundurkan diri atas permintaan Gus Dur untuk menjadi Sekjen PKB.
Saat ini Gus Ipul masih aktif sebagai salah satu Ketua PBNU sejak muktamar Makassar 2009 dan komisaris PTP X.
5. Dr. KH. Ahmad Fahrur Rozi.
Pria yang akrab disapa Gus Fahrur ini dikenal sebagai ketua IGGI (Ikatan Gus-Gus Indonesia) dan saat ini menjabat sebagai wakil ketua PWNU Jawa Timur. Gus Fahrur mempunyai jaringan dan pergaulan yang luas di berbagai kalangan pesantren.
Setelah mendeklarasikan IGGI pada tahun 2004, kiprah pria kelahiran Malang 30 November 1971 ini semakin mengemuka. Mempunyai kedekatan dengan kalangan militer, panglima TNI dan pangdam Brawijaya pernah mengunjungi pesantren Annur.
Gus Fahrur dikenal sangat dekat dengan alm KH Idris Marzuki, saat beliau menjabat Rois Syuriah PBNU dan pengasuh pondok pesantren Lirboyo Kediri dan menjadi asisten pribadi beliau yang menemani berbagai perjalanan Kiai Idris di dalam dan luar negeri
Gus Fahrur lahir dan dibesarkan di lingkungan Pesantren Annur Bululawang Malang yang merupakan salah satu pesantren terbesar dan tertua di Kabupaten Malang tempat alm KH Hasyim Muzadi, mantan Ketum PBNU pernah nyantri.
Gus Fahrur adalah alumni Pesantren Lirboyo Kediri yang lantas menyelesaikan pendidikan Doktor Ilmu Sosial di Universitas Merdeka Malang. Sebagai tokoh muda NU, Gus Fahrur kerap mengikuti beberapa kegiatan internasional di berbagai negara, di antaranya menjadi utusan PBNU dalam training program management education di MarkField Institute Of Higher Education Leicester Inggris pada tahun 2003 dan International visitor leadership programme di Amerika Serikat tahun 2015.
Gus Fahrur dikenal sebagai aktivis Bahsul Masa'il di Lembaga Bahsul Masail (LBM) sejak di pesantren. Dia juga pernah menjabat sekretaris LBM PP Lirboyo kediri pada tahun 1992-1994, lalu sekretaris LBM PCNU kabupaten Malang 1995-1999 hingga LBM PWNU Jatim 1999-2004.
Ia juga pernah menjabat Ketua Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL) wilayah Jatim tahun 2016-2019, Wakil ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI) PBNU dua periode 2005-2015, Wakil ketua PP LP Maarif PBNU 2015, Wakil sekretaris PWNU Jatim 2014-2019, Wakil ketua Inkoppontren 2007-2012, dan Kordinator Departemen Hubungan Ulama dan Pesantren DPP PKB 2002-2005.
Advertisement