Covid, Konveksi Jombang Sepi Orderan Kaos Takbiran
Lebaran tinggal menghitung hari. Biasanya pemuda-pemudi remaja masjid di Jombang bersiap menyambut lebaran dengan memesan kaos seragam. Bukan untuk koleksi baju lebaran, tetapi agar seragam saat takbiran berlangsung. Imbasnya, pengusaha konveksi kecipratakan rezeki malam takbiran.
Namun, berbeda tahun sebelumnya, usaha konveksi tahun ini di Jombang mengalami minimnya pesanan. Konveksi milik Moh. Faridl Darmawan yang berlokasi di Jalan Kediri 114 Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang bulan ini menerima pesanan dari tiga pelanggan. Itu pun bukan untuk kaos takbiran, melainkan seragam untuk pekerja di toko.
“Bulan ini yang pesan masih tiga orang. Mereka memesan kaos untuk seragam karyawan” kata Faridl kepada Ngopibareng.id pada Minggu, 17 Mei 2020.
Pengusaha konveksi sejak 2015 ini mengeluh belum menerima satu pun pesanan kaos takbiran. Padahal, sejak dua tahun yang lalu pesanan kaos takbiran bisa mencapai 65 kaos.
Pesanan secara umum juga menurun sejak bulan lalu mengikuti pandemi covid-19. Selain itu, pesanan yang bisa diselesaikan dalam waktu seminggu harus molor hingga 1,5 bulan lantaran terbatasnya mobilitas.
Jika dibandingkan sebelum covid, ia bisa menerima pesanan hingga 400 kaos dengan untung mencapai Rp3 juta. Bahkan untuk kondisi biasa pun rata-rata per bulan mendapat Rp 1,2 juta. Di tengah corona ini dia hanya mampu memperoleh Rp 600 ribu.
“Kalau normal saya bisa dapat hampir tiga juta paling banyak, kalau ramai. Tapi saat ini baru untung enam ratus ribu” tambahnya.
Semua pesanan yang masuk akan diproduksi di Kota Bandung. Kaos buatannya dibanderol mulai dari Rp 45 ribu hingga Rp 65 ribu, plus biaya desain rata-rata Rp25 ribu untuk yang rumit.
“Harganya standar namun kualitasnya baik karena asli dari Bandung. Harga saya patok segitu agar pelanggan senang. Kalau pelanggan senang nanti saya juga disenangkan Allah” jelasnya.
Usaha konveksi Faridl terbilang sukses dan mampu bersaing di antara konveksi yang lain. Terbukti, Faridl memiliki 125 pelanggan tetap. Per orangnya biasa memesan minimal 20 kaos.
Pelanggannya sendiri pun beragam. Mulai dari komunitas, ibu-ibu senam, anak sekolah, karyawan pabrik dan rumah makan, serta murid di pondok. Semua pelanggannya tersebar merata di Jombang. Umumnya pelanggan suka dengan kualitas kaos biatan Faridl.
“Pelanggan saat memegang contoh kaos sudah bisa menebak kalau itu buatan Bandung” tuturnya.
Kerja Ganda Kejar UMR
Profesi utama Faridl sebenarya adalah guru dan dosen swasta di Jombang. Pria yang sempat mengenyam pendidikan desain grafis itu menjadi guru swasta sejak tahun 2010. Mata pelajaran yang diampunya adalah Bahasa Indonesia dan seni budaya.
Tahun 2015 Farid kemudian diterima di salah satu universitas swasta di Tambakberas, Jombang untuk mengajar mata kuliah yang sama. Honor yang diterima Faridl sebesar Rp 1,4 juta. Gaji ini berada jauh dari upah minimal regional Jombang yang berjumlah Rp 2,6 juta.
Untuk memenuhi kebetuhan hidupnya, dia lalu membuka usaha konveksi. Awalnya, dia ditawari rekan kuliah S1 nya, Faisol Hidayatulloh. Pria lulusan S2 ini harus membayar 30 persen keuntungannya ke Faisol.
Namun, semenjak 2019, Faisol berfokus kepada usahanya sendiri dan usaha konveksi dialihtangankan ke Faridl secara mandiri.
“Apapun saya coba peluangnya untuk menambah penghasilan. Alhamdulillah kaos ini banyak untungnya, sekarang pun kepemilikannya sudah di tangan saya sendiri” tutupnya.
Advertisement