Sambut 9 Mahasiswa dari Natuna, Unesa Siapkan Psiko Edukasi
Sembilan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dari Kota Wuhan, Tiongkok, saat ini masih menjalani karantina di Pulau Natuna, Riau. Menjelang kepulangan mahasiswanya, pihak kampus menggelar sosialisasi kepada seluruh civitas akademika terkait virus corona.
Kegiatan ini diawali dengan penyebaran kuesioner untuk mengetahui skala kecemasan mahasiswa terhadap virus tersebut. Hasilnya kemudian akan menjadi dasar pelaksanaan trauma healing dan psiko edukasi yang akan dilakukan pihak kampus.
Dr. Diana Rahmasari, MSi., tim trauma healing Unesa menuturkan, dari 49 mahasiswa yang telah mengisi kuisioner, terdapat 30 persen di antaranya memiliki kecemasan yang cukup tinggi.
Menurut Diana, hal ini membuktikan kekhawatiran untuk menerima kedatangan teman-temannya. Oleh sebab itu, lanjutnya, perlu rekonstruksi ulang pada cara berpikir mereka.
"Salah satu penyebab kekhawatiran mereka adalah pemahaman yang belum optimal. Jadi kami akan berikan edukasi dan meyakinkan mahasiswa di sini untuk menerima teman-temannya yang datang dari Natuna nanti dengan tangan terbuka," terang Diana, Rabu 12 Februari 2020.
Diana menambahkan, kepulangan 9 mahasiswa ini sebenarnya akan menimbulkan dua kondisi psikologis bagi pribadi mereka masing-masing. Sebab, masalah ini tergantung bagaimana tiap individu menerimannya.
Dari kondisi psikologi bila dimaknai sebagai kekhawatiran maka akan muncul kecemasan atau depresi. "Tapi sebaliknya bila dimaknai sebagai challenge (tantangan) maka hal tersebut tidak akan muncul pada mereka," terang Diana.
Untuk itu, menurut Diana, langkah awal yang akan dilakukan timnya adalah mendeteksi siapa yang memiliki kekhawatiran berlebih dari 9 mahasiswa tersebut.
"Selanjutnya, untuk mereka yang ternyata mengalami stres, akan dilakukan kuratif dengan trauma healing, konsultasi individu, dan konsultasi kelompok. Bila ditemukan gejala depresi juga akan dilakukan tindakan preventif seperti edukasi, pelatihan manajemen stres, dan regulasi emosi," papar Diana.
Guna memperhatikan kondisi per individu mahasiswa, Diana mengungkapkan, pihak kampus juga akan melakukan home visit untuk mengetahui bagaimana penerimaan keluarga dan lingkungan di sekitar mahasiswa yang pulang dari Natuna.
Jika ternyata lingkungan masyarakat ada penolakan atau sifat negatif, pihaknya akan berkoordinasi dengan aparat setempat untuk memberikan edukasi.
"Karena dukungan sosial itu penting ya. Dua hari setelah mereka pulang, kami akan melakukan home visit untuk penguatan mental mereka," pungkasnya.