Jelang Haul ke-10 Gus Dur, Peziarah Padati Maqbarah Tebuireng
Sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terus menjadi idola masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan ramainya peziarah maqbarah masyaikh Pesantren Tebuireng sejak Gus Dur wafat.
“Pengunjung memang ramai, tapi setelah Gus Dur sedo (wafat, red) pengunjung terus meledak,” kata Ummu Haibah, seorang pedagang di kompleks makam Gus Dur, di Pesantren Tebuireng Jombang.
Menurut Ummu Habibah, peziarah yang sangat ramai biasanya pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur. Saat ini, jelang haul peziarah semakin meningkat. Pengunjung yang datang dari berbagai daerah diperkirakan akan meningkat tiga hari sebelum haul.
“Biasanya dapat meningkat hingga dua kali lipat. Ini masih pengunjung biasa, nanti 3 hari sebelum haul, baru meningkat. Umumnya yang jauh-jauh kan sudah hadir di sini sebelum puncak acara,” tuturnya, seperti dilansir situs resmi Pesantren Tebuireng, Minggu 15 Desember 2019.
Untuk diketahui, rangkaian acara Haul ke-10 Gus Dur dimulai sejak Kamis 19 Desember 2019 dimeriahkan dengan Ishari pukul 20.00 WIB di Masjid Ulil Albab Tebuireng, Jumat 20 Desember 2019 khotmil Quran, dan Sabtu 21 Desember 2019 seminar di gedung Yusuf Hasyim Tebuireng.
Diakhiri dengan malam puncak peringatan haul Gus Dur, dihadiri langsung oleh penceramah kondang, KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha’) pukul 19.00 WIB di maqbaroh Masyaikh Tebuireng pada 21 Desember 2019.
Seperti diketahui, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) sebelumnya bersilaturrahmi ke Pesantren Tebuireng. Hal itu terjadi pada Minggu 20 Oktober lalu. Sejak dini hari, pukul 03.00 WIB sudah berada di Tebuireng dan sekitar pukul 05.00 WIB langsung melakukan ziarah ke maqbarah masyayikh Tebuireng.
Gus Baha tampak didampingi oleh KH. Dr. Afifuddin Dimyathi (Gus Awis), ia merupakan kiai muda asal Peterongan, Jombang. Ia merupakan Katib PBNU termuda di antara pengurus lainnya. Keduanya menjadi wajah baru di jajaran Syuriah PBNU yang diangkat Agustus lalu.
Dari pihak Tebuireng, Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menyambut kedatangan Gus Baha’ dan rombongan. Tampak pula KH. Agus Fahmi Amrullah Hadziq dan KH. Agus M. Zaki Hadziq menemani kedatangan tamu di Dalem Kasepuhan.
“Tadi kami ngobrol ringan tentang banyak hal,” tutur Gus Zaki Hadziq.
“Tentang mbah Moen (KH. Maimoen Zubair) yang banyak sekali mengutip kitab karya Hadratussyaikh sebagai referensi pemikiran, khususnya risalah ahlussunnah wal jama’ah,” imbuh Gus Zaki menceritakan salah satu obrolan dengan Gus Baha’.
Memang, saat Gus Baha’ berkunjung ke Korea, ia juga mewajibkan untuk seluruh masjid yang diisi oleh warga Nadliyin di Korea untuk mengkaji kitab (risalah ahlussunnah wal jama’ah) tersebut. Ini bukti bahwa Gus Baha’ mengagumi dan menghormati betul sosok Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
Selama di Dalem Kasepuhan, Gus Baha’ juga sempat masuk ke kamar Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, didampingi oleh Gus Kikin dan Gus Zaki.
“Selain itu kami juga berbincang tentang hubungan kekerabatan antara menantu kyai Hasyim, suami Bu Nyai Khoiriyah yaitu KH. Muhaimin yang berasal dari Lasem. Kehadiran Gus Baha’ seperti merajut kembali antara Tebuireng dan Lasem,” pungkas Gus Zaki.
Pada akhir pertemuan, Gus Kikin menyerahkan kumpulan kitab karya Hadratussyaikh kepada Gus Baha’. Ketika itu, agenda Gus Baha’ juga mengisi orasi ilmiah dalam acara yudisium Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Lirboyo Kediri.
Advertisement