Jelang Diresmikan, Pemkot Surabaya Godok Rute Armada Transum ke Kota Tua
Pemerintah Kota Surabaya tengah menyiapkan armada dan rute bagi masyarakat maupun wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan kota tua, sebelum destinasi wisata itu diresmikan pada 27 Juni 2024.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad menjelaskan, moda transportasi Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, dan Feeder Wira-Wiri Suroboyo bakal disiapkan untuk menunjang aksesibilitas masyarakat.
"Untuk berkunjung ke zona Eropa, hanya bisa menumpang Suroboyo Bus. Trans Semanggi dan Wira-Wiri tidak melewatinya. Namun, kedua moda itu dapat menjadi opsi untuk dijadikan aksesibilitas dengan cara transit,” ujar Irvan, Selasa 18 Juni 2024.
Dirinya menjelaskan, masyarakat dapat menggunakan Wira-Wiri atau Trans Semanggi Suroboyo yang melewati kawasan rumah atau posisi mereka berada, dan melanjutkannya menggunakan moda transportasi lainnya untuk menuju ke zona Eropa, Kota Tua Surabaya.
“Dengan adanya aksesibilitas ini para wisatawan yang berkunjung di Kota Tua Surabaya dapat dengan mudah untuk berkeliling menikmati bangunan bersejarah yang unik dan berkesan ini,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya (Disbudporapar) Kota Surabaya, Hidayat Syah menjelaskan, Kawasan Kota Tua bagian utara terletak di Jalan Kembang Jepun sisi timur dan sisi barat di Jalan Rajawali, yang hanya dipisahkan oleh Jembatan Merah.
Hidayat juga menjelaskan, di sisi barat kota tua yakni Jalan Rajawali, terdapat sejumlah bangunan peninggalan berarsitektur kolonial Belanda.
Selain itu, sisi barat kota tua ini juga menjadi salah satu saksi bisu pertempuran 10 November 1945, dan menjadi palagan tewasnya komandan tentara Sekutu, Jenderal AWS Mallaby.
Pada sisi timur kota tua, terdapat bangunan dengan arsitektur khas Tiongkok, India dan Arab. Kawasan ini juga telah ditetapkan sebagai kawasan wisata religi, dengan adanya masjid dan makam Sunan Ampel serta saksi pergerakan Ketua Umum PBNU pertama, KH Hasan Basri Sagipoddin, Langgar Gipo.
"Kawasan utara kota tua yang sedang kita persiapkan itu ibaratnya adalah laboratorium arsitektur dunia, di mana kita bisa mempelajari arsitektur negara-negara, seperti bangunan nuansa arsitektur Barat yang dibangun pada masa kolonial Belanda serta bangunan khas negara-negara Asia Barat dan Asia Timur,” pungkasnya.