Jelang Batas Akhir Perintah Jokowi, Kondisi Surabaya Kian Parah
Perintah Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, untuk Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan kepala daerah yang berada dalam kawasan Surabaya Raya untuk menurunkan kasus penyebaran virus corona atau Covid-19 dalam dua minggu rasanya sulit terealisasi.
Saat ini justru angka penambahan kasus hariannya naik signifikan. Per 5 Juli 2020, terjadi penambahan sebanyak 419 kasus di Jatim. Surabaya menyumbang kasus paling banyak dengan total 135 kasus, diikuti Sidoarjo dengan 93 kasus, dan Gresik dengan 45 kasus.
Tak hanya itu, berdasar hasil kajian epidemologi dari Pakar Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, menunjukkan bahwa attack rate Kota Surabaya meningkat lebih dari dua kali lipat.
"Sekarang attack rate Surabaya sudah mencapai 211/100 ribu penduduk, padahal di akhir PSBB ketiga 90an/100 ribu penduduk. Sudah naik lebih dari dua kali lipat bahayanya," kata Pakar Epidemologi, Dr Windhu Purnomo, Senin 6 Juli 2020.
Angka tersebut yang kini membawa Kota Pahlawan menjadi daerah dengan angka kasus dan kerawanan yang sangat tinggi di Indonesia.
Berbeda dengan Surabaya, attack rate Jawa Timur juga naik dari 14/100 ribu menjadi 32/100 ribu penduduk.
"Artinya Jatim juga ikut naik lebih dari dua kali lipat. Namun, itu disumbang oleh Kota Surabaya dengan kurang lebih 50 persen," kata Windhu.
Walau naik, namun attack rate Jatim masih berada di posisi kesembilan secara nasional lebih rendah dari beberapa daerah. Karena banyak daerah yang sumbangan kasusnya lebih besar dari Surabaya.
Karena itu, ia merekomendasi kepada para pemerintah agar membuat gebrakan penanganan yang baru. Yang paling penting adalah bagaimana meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam rangka penerapan protokol kesehata, yang kini masih dinilai rendah.
“Pendisiplinan kepatuhan warga dalam protokol kesehatan yang betul-betul harus diatur oleh pemerintah. Selain itu, lakukan tracing yang masif untuk mengungkap kasus yang lebih banyak,” katanya.