Jejak Ganja di Pulau Jawa, Sudah ada Sejak Abad 15 Masehi
Sejarah pemanfaatan ganja atau yang dikenal dengan nama latin Cannabis di Pulau Jawa diduga sudah mulai ada sekitar abad 15 Masehi.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewan Pengawas Lingkar Ganja Nusantara, Abdullah Amang dan dua orang rekannya.
Penelitian tersebut dilakukan selama dua tahun dimulai pada 2014 dengan mengambil fokus etnobotani terkait ganja. Etnobotani adalah bidang keilmuan yang mengkaji terkait hubungan manusia dengan tumbuhan.
Salah satu lokasi penelitian tersebut yaitu di Pulau Jawa dengan objek situs Candi Kendalisodo di Gunung Penanggungan, Mojokerto, Jawa Timur. Selain di lokasi ini penelitian tersebut menyasar daerah lain seperti Aceh, juga Medan tepatnya di Istana Maimun.
Lalu di Ambon Maluku, tepatnya di Kerajaan Tanah Hitu dan Pulau Bintan, Kepulauan Riau tepatnya di Makam Hang Tuah. Kemudian, Sulawesi Tengah tepatnya di Kerajaan Palu.
“Awalnya kami berdasarkan cerita tutur. Juga berbekal surat tugas dan penelitian yang diturunkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia. Titik pertama penelitian itu ada di Candi Kendalisodo,” ujarnya pada Sabtu 26 November 2022 saat ditemui di kompleks Kodam V Brawijaya, Surabaya.
Pada Candi Kendalisodo Amang bersama dengan dua orang rekannya memeriksa relief yang terpahat di tiga teras situs itu. Ada enam relief yang diidentifikasi. Pahatan yang diduga menyerupai daun ganja terpampang pada pahatan relief kedua hingga relief kelima.
Pahatan yang diduga daun ganja tersebut berada di setiap sudut relief. Lalu relief yang diduga kental dengan pemanfaatan ganja terpahat pada relief ketiga.
“Di relief ketiga ada pahatan yang kami nilai adalah seorang laki-laki yang duduk. Kami duga dia duduk sambil memegang bong atau pipa lalu melakukan aktivitas seperti menghisap,” katanya.
Pahatan diduga ganja tersebut tidak terlihat lagi pada relief kelima dan keenam. Amang mengatakan kemungkinan dahulunya ganja dimanfaatkan untuk kegiatan spiritualitas.
“Masyarakat di sana percaya bahwa lokasi Candi Kendalisodo digunakan sebagai pertapaan Hanoman. Dalam hal ini adalah perwujudan Raden Panji,” ujarnya.
Menurut situs kemdikbud.go.id melalui buku berjudul ‘Menepis Kabut Pawitra’ dituliskan bahwa Candi Kendalisodo adalah benda kepurbakalaan tersebut berasal pada abad 15 hingga 16 masehi.
Ditambahkan oleh Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan bahwa Candi Kendalisodo memang digunakan sebagai tempat pertapaan.
“Fungsi dari Candi Kendalisodo diyakini untuk pertapaan karena kaitannya dengan status Gunung Penanggungan sebagai Pawitra atau gunungsuci,” katanya.
Hal yang menarik dari Candi Kendalisodo tersebut kata Wicaksono, terkait dengan sisi bangunan yang terhitung masih utuh dibandingkan puluhan situs kepurbakalaan lainnya di Gunung Penanggungan.
“Selain itu di Gunung Penanggungan juga ditemukan jalur kuno yang dia tidak langsung naik, tapi bentuknya melingkar. Disebutkan dalam Negarakertagama ini ada kaitannya dengan gunung tersebut sebagai gunung suci,” ujarnya.