Jatuh-Bangun Barongsai di Pondok Indah Jakarta
Oleh: Djono W. Oesman
Barongsai di Pondok Indah Mal (PIM) Jakarta, jatuh dari tonggak setinggi tiga meter. Ratusan penonton menjerit. Tapi, pemainnya bangkit. Lalu melanjutkan atraksi. Kian lincah. Sampai pertunjukan 17 menit 34 detik itu usai.
--------------
Itu terjadi Selasa, 17 Januari 2023 sore. Menyambut Imlek, yang menurut Kantor Berita Xinhua, rangkaian Imlek 40 hari sejak 7 Januari 2023 sampai 15 Februari 2023.
Barongsai itu warna kuning. Main di dalam PIM 3, lantai dasar. Jumlah penonton sekitar 300 orang, mengelilingi area atraksi dibatasi pagar. Ratusan penonton lain menonton dari lantai dua dan tiga, karena bentuk mal terbuka di bagian tengah (open centre).
Di area atraksi ada tonggak-tonggak berjumlah 18. Ketinggian bervariasi, antara dua sampai empat meter. Tonggak berdiri di atas karpet merah.
Pemain instruman lima pria dua wanita. Ada gendang, tambur, gong kecil, dan paling dominan simbal, dua lempeng kuningan bundar yang dibentur-benturkan. Ini paling bikin ramai.
Gendang ditabuh, ritme lambat. Simbal merancak berdentang-dentang. Selalu ambyar, di tiap akhir ketukan tempo.
Barongsai kuning muncul, masuk ke arena. Berlenggak-lenggok. Kiri-kanan. Mata berkedip-kedip. Menggaruk kepala. Mendadak gong berbunyi, seketika narongsai jatuh, koprol guling-guling tiga putaran. Akhirnya dengan sigap berdiri lagi. Sikap waspada.
Ratusan penonton bersorak. Bersuit-suit.
Gerak koprol itu ternyata atraksi pembuka. Berikutnya, barongsai menunjukkan kegenitan. Menoleh kiri-kanan, mata berkedip-kedip, kuping mencuat-cuat. Bergerak miring ke kiri, ternyata belok menukik tajam ke kanan.
Jika dihitung, ada lima bagian tubuh Barongsai yang aktif. Kelopak mata plus kuping. Rahang bawah buka-tutup, otomatis menggerakkan rumbai-rumbai jenggot. Bahu depan kiri-kanan sebagai manuver belok. Pinggul kiri-kanan mengimbangi manuver gerakan bahu. Dan, paling lucu ekornya bisa kopat-kapit.
Kini, narongsai mengamati deretan tonggak-tonggak. Dimulai dari ujung deretan tonggak paling rendah, setinggi 1,5 meter, sampai yang empat meter.
Sepertinya barongsai hendak meloncat naik. Ia konsentrasi ke tonggak paling pendek. Dia amati bagian kiri dan kanan tonggak. Seolah mengukur ketinggian, atau mengkalkulasi risiko jatuh. Gaya ini sungguh humanis. Seperti manusia siap melakukan atraksi bahaya.
Itu membuat penonton diam, hening. Apalagi insrumen mengalun lembut. Mendukung suasana magis.
Lalu barongsai meloncat. Dua kaki depan meloncat dua kali. Pertama naik ke dua tonggak setinggi 1,5 meter itu. Begitu nangkring, dalam sedetik langsung meloncat lagi ke dua tonggak di depannya.
Ketika sepasang kaki depan hinggap di tonggak ke dua, bersamaan sepasang kaki belakang meloncat dan nangkring di dua tonggak pertama. Tonggak-tonggak itu permukaannya kecil. Satu tonggak bergaris tengah sekitar 20 sentimeter. Sehingga cuma cukup untuk satu kaki.
Atraksi naik itu mengundang decak kagum. Terdengar suara penonton bergumam bersamaan. Mendengung. Lalu mereka tepuk tangan.
Barulah, barongsai bergaya. Loncat sana-sini di antara tonggak-tonggak. Bahkan, meloncat mundur. Suatu gerakan nyaris mustahil. Mungkin, dua pria yang ada di balik topeng dan badan barongsai itu, badan mereka berputar dulu, tapi tidak kelihatan penonton karena tertutup baju barongsai.
Setelah mereka berputar, barulah mereka meloncat ke depan. Dari arah penonton, barongsai kelihatan meloncat mundur. Suatu trik atraksi yang sulit.
Penonton benar-benar dibuat terpaku. Tidak ada yang main WhatsApp di HP mereka. HP mereka gunakan untuk foto-foto dan selfi.
Tapi, setelah meloncat mundur, barongsai langsung bikin manuver memutar. Maksudnya berputar balik kanan. Saat itulah barongsai jatuh. Berguling-guling di karpet. Penonton wanita menjerit, kaget.
Jelas, itu bukan bagian dari atraksi. Sebab, pemain belakang langsung keluar dari baju Barongsai. Lalu berdiri, mengulurkan tangan agar pemain bagian depan juga bangkit. Akhirnya mereka berdua bangkit. Mereka melambai-lambai ke penonton. Tanda, tak ada masalah.
Instrumen berhenti. Para pemain instrumen mengamati pemain barongsai. Penonton ikut tertegun. Mungkin merasa kasihan.
Ternyata, atraksi bukannya berhenti, melainkan lanjut. Dua pemain kembali pakai baju barongsai. Dalam dua-tiga detik, barongsai sudah bergaya lagi. Meloncat naik tonggak-tonggak itu lagi. Bermanuver dengan sangat berani. Sampai atraksi usai.
Dua pemain narongsai membuka pakaian. Lantas mereka membungkuk, memberi hormat ke penonton. Tepuk tangan bertalu-talu.
Dikutip dari China Highlights, Minggu 18 Februari 2018 bertajuk "China Dragon Dance", ditulis pengamat Barongsai, Yiing Zhi, disebutkan, pemain instrumen memainkan tetabuhan berdasarkan gerak narongsai. Bukan sebaliknya. Pemain barongsai jadi perhatian utama, bukan saja dari penonton, melainkan juga dari pemain instrumen.
Pantesan, penabuh gendang, gong dan simbal, mengawasi teliti gerak barongsai. Mata mereka tak berkedip.
Uniknya, barongsai dan musik selalu harmonis. Tak pernah kejar-kejaran. Atau disharmoni.
“Karena para pemusik sudah hafal pada sinyal-sinyal gerak barongsai. Sebelum bermanuver, barongsai melakukan gerak tertentu, sebagai sinyal kepada pemain musik,” tulis Yiing Zhi.
Satu barongsai dimainkan dua orang. Satu sebagai kepala, satunya ekor. Pemain kepala biasanya pemain yang kurus lincah. Pemain ekor harus kuat, badan gempal.
Sekali-sekali, barongsai bakal berdiri. Maka, posisi pemain depan naik, dipanggul pemain belakang. Itu sebab, pemain depan harus kurus. Biar enteng.
Pemain depan harus inovatif. Bagian kepala ini yang jadi perhatian penonton. Gerakan menggaruk kepala, menjilat-jilat, dan mengerdipkan mata, disesuaikan dengan reaksi penonton. Komunikatif dengan penonton.
Ketika berguling, dua pemain harus kompak. Apakah mereka akan berhenti di posisi tidur. Lalu garuk-garuk perut. Atau koprol, langsung bangkit lagi.
Pemain belakang menyesuaikan semua manuver pemain depan. Terutama, penyesuaian antara ekspresi kepala dengan ekor. Kalau mata berkedip-kedip, ekor kopat-kapit. Sehingga kesatuan yang kompak.
Barongsai Duel
Dikutip dari The Star, Minggu 18 Januari 2018, dipaparkan, dulu, tahun 1950 sampai 1960, di China, Hong Kong, Taiwan, Singapura, barongsai biasa duel.
Barongsai yang duel, berasal dari dua organisasi barongsai berbeda. Mereka duel berebut angpao, yang disediakan pihak yang mengontrak mereka. Kontrak mereka sudah dibayar, tapi ada bonus angpao.
Cara duelnya, dua barongsai berloncatan di tiang-tiang. Dari paling rendah, sampai paling tinggi. Dan, di atas tiang paling tinggi (sekitar lima meter) digantungkan banyak angpao. Itulah yang direbut dua barongsai yang bersaing.
Barongsai yang duel, benar-benar bertarung. Sungguh-sungguh saling menyerang. Bukan sandiwara.
Akibatnya, kelompok barongsai dianggap "gangster". Efeknya sering berantem antara kelompok barongsai dan sekolah kung fu di sana. Di panggung atraksi, mereka bisa saling melukai. Dengan curang.
Gerak duel tetap indah. Karena ditonton ratusan orang. Tapi, di balik topeng Barongsai mereka membawa pisau. Digunakan melukai kaki lawan.
Penonton tidak pernah tahu itu. Sebab, jika ada kaki pemain berdarah, atau langkahnya pincang, dikira terluka akibat gesekan lantai. Atau terkilir.
Ada juga yang memasang tanduk logam, di dahi singa mereka. Jika tanduk mengenai lawan, tentu terluka. Agar menang. Meraih angpo.
Setelah 1960 di sana, para orang tua melarang anak-anak mereka bergabung kelompok narongsai. Jadinya, kekurangan pemain. Jarang ada pertunjukan barongsai. Bahkan nyaris punah.
Kemudian, organisasi barongsai membuat solusi: Boleh duel, tapi mereka yang duel harus dari satu organisasi barongsai. Dilarang beda organisasi. Sehingga, tidak ada saling menyakiti. Mereka berduel sebagai suatu sandiwara.
Sejak 1960 di sana, setiap tim barongsai bertemu tim lain, mereka akan berjabat tangan. Mereka sepakat tidak duel berebut angpo.
Dalam pertunjukan di China, saat barongsai memasuki desa, diharuskan memberi penghormatan di kelenteng setempat. Menemui kepala desa, memberi hormat. Jika bertemu kelompok barongsai lain, mereka berbagi wilayah, untuk main atraksi.
Di Indonesia, jarang ada atraksi barongsai tarung. Umumnya atraksi tunggal. Dari satu organisasi narongsai.
Tujuan barongsai memang menghibur warga. Dengan kopat-kapit ekornya. Bukan untuk duel. (*)