Jatim Terus Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak
Surabaya : Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berkomitmen menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB) saat melahirkan. Semakin sedikit angka kematian ibu dan bayi membuat pembangunan Jatim di bidang kesehatan terukur sehingga berbagai upaya yang dilakukan dari berbagai pihak harus diapreasiasi.
“Banyak yang harus dilakukan untuk semakin meminimalisasi angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan. Seperti, dengan menggelar berbagai bentuk sosialisasi serta pendidikan kesehatan,” kata Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) ketika diskusi tentang kesehatan ibu hamil yang digelar salah satu produk susu di Surabaya, Minggu 30 Juli 2018.
Menurut Gus Ipul, setiap tahun angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan terus menuru. Saat ini angka kematian ibu tercatat sebanyak 91 per 100 ribu ibu melahirkan. Sedangkan kematian bayi sebanyak 23 per 100 ribu kelahiran.
Jumlah ini menurun karena pernah mencapai 100 lebih per 100 ribu kelahiran, kemudian menurun 97 ribu dan sekarang bisa diminimalisasi. Ke depan harus semakin menurun dan semoga semakin sedikit.
"Selain upaya pemerintah dibantu pihak-pihak terkait, upaya menekan angka kematian ibu dan bayi juga harus dilakukan oleh pribadi maupun keluarga,” ujar Gus Ipul.
Faktor gizi ibu maupun bayi sejak di dalam rahim, menurutnya, menjadi hal penting dan tak boleh terabaikan. Terutama menjaga gizi sejak 1.000 hari pertama kehidupan.
“Sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun akibat asupan gizi ke anak harus optimal. Sebab jika tidak maka kondisi gizi anak dikhawatirkan buruk dan berpengaruh terhadap kesehatan ibu serta bayinya,” katanya.
Di sisi lain, fasilitas kesehatan di Jatim saat ini diharapkan mampu dimanfaatkan banyak pihak sehingga masyarakat terbiasa dengan pola hidup sehat yang berimbas pada tingkat kesejahteraan.
Di Jatim, fasilitas kesehatannya yakni terdapat 369 rumah sakit, 964 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), 2.268 Puskesmas Pembantu (Pustu), 3.213 Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) dan 3.900 Pondok Bersalin Desa (Polindes).
“Tentu saja kalau masyarakatnya sehat maka pola hidupnya terjaga dan menjalankan aktivitas atau bekerja tidak terganggu,” kata Gus Ipul yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr. Kohar. (wah)