Rekor, Jatim Tertinggi Penambahan Corona, Akankah Seperti Wuhan?
Jumlah penambahan kasus positif Corona harian di Jawa Timur kini menjadi yang tertinggi di Indonesia. Memecahkan rekor yang sebelumnya selalu ditempati DKI Jakarta.
Dalam konferensi pers di Graha BNPB Minggu, 31 Mei 2020, Juru Bicara Pemerintah untuk Penangan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, setelah Jawa Timur di posisi kedua penambahan tertinggi Corona adalah DKI Jakarta kemudian di posisi ketiga adalah Nusa Tenggara Barat.
"Jawa Timur yang pertama, sekarang ada 244 yang positif, ada penambahan 199 dibandingkan kemarin," kata Achmad Yurianto.
Tambahan 244 di Jawa Timur merupakan yang tertinggi di Indonesia. Sedangkan DKI Jakarta ada penambahan 118 orang dan Nusa Tenggara Barat ada penambahan 42 orang.
Dengan tambahan 244 kasus, secara akumulatif jumlah positif Corona di Jawa Timur saat ini telah mencapai 4.613 kasus.
Meski secara harian Jawa Timur yang tertinggi, namun akumulasi jumlah positif Corona di Jawa Timur masih berada di bawah DKI Jakarta dengan total 7.348 orang.
Jumlah tertinggi penambahan Corona di Jawa Timur tentu sangat memprihatinkan. Sumbangan terbesar penambahan positif Corona ada di Kota Surabaya.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas percepatan Penangan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengkawatirkan Kota Surabaya bisa berakhir seperti Wuhan jika warga tidak mematuhi protokol kesehatan yang telah diterapkan pemerintah.
"65 persen Covid-19 ada di Surabaya Raya. Ini jelas tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan jika warganya tidak disiplin," kata Joni Kamis, 28 Mei 2020.
Dari catatan yang ada, pada Kamis, 28 Mei 2020, Kota Surabaya menyumbang 2.216 kasus atau mencapai 65 persen dari total penderita positif Covid-19 di Jawa Timur yang saat ini mencapai 4.112 kasus.
Sementara daerah di sekitar Surabaya yakni Sidoarjo menyumbang 565 kasus dan Gresik 153 kasus. Dengan jumlah ini, episentrum penyebaran Corona di Jawa Timur ada di Surabaya.
Joni juga mengatakan, dengan angka ini, transmission rate penyebaran Covid-19 mencapai 1,6. Artinya jika ada 10 orang positif Covid-19 dalam sepekan jumlah ini bertambah menjadi 16 orang.
Joni yang juga direktur RSU dr Soetomo ini berharap masyarakat di Surabaya bisa lebih disiplin dalam menerapkan physical distancing sehingga penyebaran Covid bisa diredam.
Joni mencontohkan, masyarakat di Surabaya saat ini sangat tidak patuh. "Saya nangis melihat pasar-pasar di Surabaya. Saya bandingkan dengan keadaan di rumah sakit," ujarnya.
Keadaan inilah yang menurut dia, membuat pemerintah terpaksa memperpanjang PSBB Surabaya ke tahap III berdasarkan keputusan Gubernur Nomor 188.258/KPTS/013/2020.
Untuk menekan case fatality rate atau angka kematian, Joni mengaku telah melakukan clinical research dengan penggunaan obat Avigan, Terapi Plasma Convalescent hingga Aspirin.
Berikut Beberapa Fakta Corona di Surabaya Pantauan Ngopibareng.id:
-Pasar dan Mall Masih Buka
Meski PSBB sudah memasuki jilid III, namun hampir semua pasar dan mall masih tetap buka seperti biasa. Hanya ada beberapa toko yang tutup itupun tutup karena tidak laku misalnya toko perhiasan emas
-Banyak Check Point Tidak Maksimal
Keberadaan Check Poin di Surabaya tidak maksimal. Selama PSBB setidaknya ada 52 Check Point, namun yang maksimal hanya tampak di Bundaran Waru Surabaya. Selebihnya proses pemeriksaan tidak kondisten, kadang diperiksa kadan dibiarkan begitu saja.
-Kehidupan di Perkampungan Tanpa Masker
Di berbagai kampung padat penduduk seperti di Wonokromo, kemudian di Kedungbanteng serta di kampung-kampung lainnya masyarakat masih beraktifitas seperti biasa. Tidak banyak yang tampak mengenakan masker.
-Kehidupan Malam
Memang ada jam malam mulai pukul 21.00 WIB, namun di perkampungan dengan alasan berjaga dari Corona, masyarakat malah lebih banyak nongkrong bergerombol di dalam kampung-kampung dan perumahan.
-Warga Surabaya Bebas
Bagi warga Surabaya yang memiliki kendaraan berplat L, maka bebas keluar masuk Surabaya. Mereka juga bebas untuk ke berbagai kota lain di Jawa Timur. Tidak ada pemeriksaan ketika kembali ke Surabaya asalkan mengenakan kendaraan berplat nomor L.
-Sidoarjo dan Gresik Malah Lebih Longgar
Penerapan PSBB di Surabaya sebenarnya sudah ketat jika dibandingkan Sidoarjo dan Gresik. Pantauan Ngopibareng.id, hingga saat ini Check Poin di Surabaya masih dilengkapi dengan penyemprotan disinfektan. Juga masih dijaga aparat. Namun di Sidoarjo dan Gresik, aparat sudah jarang berjaga. Penyemprotan apalagi, nyaris tidak ada. Bahkan warga lebih nampak berkerumun dan dibiarkan.