Jatim Memasuki Puncak Kemarau Tapi Hujan Masih Turun, Ini Penjelasannya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Juanda memprakirakan jika wilayah Jawa Timur sudah memasuki puncak musim kemarau sepanjang Juli hingga September 2024. Namun hujan terkadang masih turun dengan intensitas terbatas.
Puncak Musim Kemarau
Ketua Tim Meteorologi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Shanas Septy menyebut, wilayah Jawa Timur mengalami puncak musim kemarau dalam Waktu yang berbeda, sepanjang Juli hingga September 2024.
Dari 74 zona musim (ZOM) di Jawa Timur, sebanyak 56 ZOM diprakirakan mengalami puncak kemarau pada Agustus, sedangkan 9 ZOM lain mengalami puncak kemarau pada Juli dan September.
Kemarau Lebih Basah
Meski mengalami kemarau dengan durasi yang cukup panjang, tahun ini kemarau disebut lebih basah dan tidak sepanas tahun 2023 lalu.
Shanas menyebut ada pengaruh La Nina yang menyisakan hujan selama kemarau. "Pada pertengahan hingga akhir tahun 2024 diprediksi berpotensi terjadi La Nina yang dapat menyebabkan kemarau tahun ini lebih basah dibanding tahun 2023," katanya kepada Ngopibareng.id.
La Nina membawa awan hujan meski tak banyak. Sehingga pada siang hari, terik Matahari masih terhalang awan, dan pada malam hari terasa dingin.
Curah hujan masih turun meski tak sebanyak di musim hujan. Kelembaban Udara harian rata-rata cukup tinggi dibanding tahun lalu, sehingga mengurangi rasa panas di tengah terik Matahari siang hari.
Potensi Hujan Sepekan di Indonesia
Secara umum, hujan juga masih dialami wilayah lain di Indonesia, di tengah kemarau. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, menyebut sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Namun, hujan masih terjadi, dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian.
Menurut Guswanto, terdapat potensi peningkatan curah hujan yang signifikan dalam sepekan ke depan. Ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional hingga global yang signifikan, termasuk aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia juga ikut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah tersebut.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengatakan bahwa kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5 - 11 Juli 2024. Wilayah-wilayah yang dimaksud meliputi Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua dikutip dari Antara.
Sehingga ia mengimbau agar warga waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir bandang, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.
Advertisement