JATIM Fair 2022, RSUD Haji Hadirkan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
RSUD Haji Provinsi Jawa Timur menghadirkan booth pemeriksaan kesehatan gratis pada acara JATIM Fair 2022, yang digelar mulai 7 hingga 13 Oktober di Grand City Ballroom, Surabaya.
Pemeriksaan gratis yang dilakukan antara lain, pemeriksaan oleh dokter spesialis, pemeriksaan mata hingga konsultasi dengan psikolog.
Perwakilan Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD Haji Provinsi Jawa Timur, Adi Larasanti mengatakan, layanan yang dihadirkan kali ini merupakan bagian dari pemeriksaan medical check-up.
"Medical check-up dan stroke center merupakan layanan terbaru kami di RSUD Haji. Sebagai bentuk pengenalan kepada masyarakat, kami hadirkan beberapa pemeriksaannya di JATIM Fair ini," kata Laras ditemui Sabtu, 8 Oktober 2022.
Ia menjelaskan, setiap harinya akan ada dokter spesialis dari RSUD Haji Provinsi Jawa Timur yang akan berjaga di booth. Maka dari itu, masyarakat bisa memanfaatkan layanan ini secara gratis.
"Setiap harinya dokter yang menjaga bergantian, ada dokter spesialis syaraf, paru-paru dan juga dokter umum. Di sini juga bisa melakukan pemeriksaan kolesterol dan gula darah secara gratis," terang Laras.
Menjadi Pengisi Talkshow Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Selain memberikan layanan pemeriksaan kesehatan secara gratis. Pihaknya juga turut aktif dalam mengedukasi masyarakat lewat talkshow yang dihadirkan selama acara.
Di hari pertama gelaran JATIM Fair 2022, RSUD Haji Provinsi Jawa Timur berkesempatan mengisi talkshow tentang penanganan KDRT. Pada talkshow tersebut, Rebecca Stephanie Cynthia, M.Psi menjadi pembicara.
Dalam paparannya, psikolog yang akrab disapa Rere ini mengedukasi masyarakat terkait apa yang harus dilakukan korban KDRT hingga bagaimana menangani anak yang terlanjur melihat KDRT yang dialami orang tuanya.
"Kemungkinan pelaku KDRT berubah hanya 10 persen. Sebab, perlakuan kasar yang dilakukan pelaku kepada korban rata-rata adalah kebiasaan pelaku," jelas Rere.
Menurutnya, kebiasaan berperilaku kasar ini bisa muncul dari pengalaman masa lalu atau pengalaman orang lain. Pemahaman yang keliru atas tindakan kekerasan yang sering dilihat bisa mempengaruhi pola pikir seseorang.
"Misalnya waktu kecil sering melihat ayahnya memukuli ibunya, setelah dipukul mungkin karena ketakutan ibunya menjadi semakin penurut. Nah, ini bisa terngiang terus pada si anak sampai dewasa dan menganggap hal tersebut lumrah," terangnya mencontohkan.
Untuk itu lanjut Rere, anak korban KDRT harus mendapatkan pemahaman yang tepat terkait apa yang dilihat, supaya ia tidak menjadikan kekerasan sebagai hal yang lumrah.
Terakhir Rere menambahkan, hal paling sederhana untuk mengenali seseorang memiliki tabiat kasar atau tidak ialah dari respons spontan yang dikeluarkan ketika marah.
"Dari respon tersebut bisa diketahui, dia marah kah, berkata kasar atau lainnya. Menjadi catatan pula bahwa KDRT bukan hanya fisik, perkataan kasar yang menyerang psikis juga bisa dikatakan KDRT secara verbal," tandasnya.