Jatim Bangun Ruang Publik untuk Demokrasi
Surabaya: Gubernur Jatim, Soekarwo, saat memberikan sambutan pada acara Dialog Kebudayaan tahun 2017 di Grand Mercure Hotel Surabaya, Rabu (22/3), mengajak semua Bupati/Walikota dan jajaran stageholder Prov. Jatim membuat atau membangun Ruang Publik untuk masyarakat.
Menurut Soekarwo (Pakde Karwo), ruang publik itu dibuat atau dibangun untuk dialog dengan masyarakat. Jangan sampai budaya tanding itu dikembangkan atau dihidupkan dengan jago masing-masing. Sebagai contoh, kalau sampean punya jago terus diadu dengan jago yang lain. Atau kalau ada teman yang mengadakan demonstrasi, maka hari berikutnya ada demontrasi tandingan. “ itu namanya budaya tandingan, bukan demokrasi,” tegas Pakde Karwo.
Jadi yang namanya Demokrasi itu, katanya Hope Havermast, harus membuat ruang public untuk dialog, kalau public speaknya tidak dibangun itu namanya bukan demokrasi tapi otoriter kembali. Jadi Dialog kebudayaan ini difokuskan untuk membuat/membangun culture kebudayaan yang kita dinamakan silaturahim dan gugur gunung di desa itu dibangun kembali.
Karena gugur gunung di desa itu artinya kumpul bersama masyarakat desanya untuk merumuskan,membahas dan merencanakan program atau kerja gotong royong dalam setahun. “ Itu yang harus dibangun dan dihudupkan kembali agar kedepan masyarakat kita ini tahu dan mengerti apa yang dinamakan demokrasi, bukan budaya tanding,” jelasnya.
Pakde Karwo mengatakan, perbedaan itu boleh saja, sebab perbedaan itu sunnah dan sunatullah. Tapi yang perlu dan harus digaris bawahi adalah perbedaan itu mau dijadikan konflik atau dijadikan solusi. “ Saya sarankan dan harapan, sebaiknya perbedaan yang ada ini dijadikan untuk memperkokoh persatuan dan memperkuat NKRI. Yang artinya memperkokoh persatuan dalam pembedaan kan lebih baik dan bagus kondisi Negara kita pada umumnya dan jatim khususnya,” kata orang nomer satu di Jatim ini.
Jadi, tambah Pakde, Dialog kebudayaan yang mengambil Tema “ Merajut Kebhinekaan Memperkokoh Semangat Kebangsaan” ini sangat pas dilaksanakan hari ini. Mengapa ? karena acara ini dimaksudkan untuk memberikan penguatan kebudayaan terhadap masyarakat melalui Local Genius peradaban nusantara. Yakni dengan cara mengajak masayarakat Indonesia untuk mengenal kembali jatidiri bangsa. Karena, saat ini hampir seluruh generasi muda di nusantara ini sudah lupa dengan budayanya sendiri. Dan mereka lebih bangga dengan kebudayaan luar negeri yang belum tentu mengerti apa maksudnya.
Selain maksud dialog seperti diatas, tujuan dari diadakan dialog kebudayaan ini juga sangat bagus yakni; pertama , untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kebhinekaan dan jatidiri bangsa; kedua, adalah untuk menonjolkan potensi daerah local genius dab yang ketiga adalah untuk memupuk sara saling toleransi antara umat beragama, suku dan etnis yang beragam. Sehingga mampu mengikis rasa intoleransi yang selama ini berkembang pesat di masyarakat.
Dengan begitu, lanjutnya, hasil yang diharapkan dari Dialog ini adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri sebagai bangsa Indosnesia yang memiliki Jatidiri dan rasa Toleransi antar umat beragama, suku, ras dan etnis. Serta bisa memupuk Persatuan dan Kesatuan bangsa melalui akulturasi budaya dengan azas toleransi dalam hidup berbangsa dan ber-agama. Dan yang terakhir adalah dengan dialog ini bisa tercipta hubungan yang sinergi antara aparatur pemerintahan dan masyarakat dalam menjaga local genius di daerah masing- masing.
Ditempat yang sama Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata prov. Jatim Dr. H. Jarianto, MSi melaporkan, Dialog kebudayaan tahun 2017 dengan thema “ Merajut Kebinekaan Memperkokoh Semangat Kebangsaan” ini diikuti 250 orang peserta. Terdiri dari Bupati/Walikota se jatim, Dandim dan Danrem se Jatim, Kapolwil dan Kapolres se Jatim, Persatuan Pondok Pesantren Se jatim, Perguruan Tinggi Se jatim, BEM se Jatim, Budayawan se Jatim dan LMS se Jatim.
Sedang latar belakang diadakan Dialog Kebudayaan ini adalah politik “ divide et impera” yang sering dijadikan wacana dan alasan mengapa bangsa Indonesia sulit bersatu, kemudian mudah dikuasai oleh penjajah. Berangkat dari perjalanan sejarah tersebut, dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini patut diwaspadai. Tanpa ada kebersamaan untuk meramut keberagaman potensi dan menonjolkan perbedaan dapat menjadi pemecah bangsa. Dengan konteks itulah Dinas Kebudayaan dan Kepariwisata Prov. Jatim ingin mengajak Bangsa Indonersia untuk mengenal kembali jatidiri bangsa dengan “ Dialog “ ini.
Dialog Kebudayaan tahun 2017 sehari ini, diisi dengan paparan “ stabilitas Kebhinekaan Indonesia dalam Perspektif Ideologi Pancasila” oleh Yudhi Latief,MA,Ph.D dengan Moderatot Dr. Joko Susanto. Paparan kedua oleh Panglima TNI “ Stabilitas Keamanan NKRI dimasa Depan; dan paparan ketiga oleh Kapolri “ Masyarakat Sipil, Tantangan dan Stabilitas Keamanan”.
Paparan ke Empat oleh Mendagri “ Sistem Politik Indonesia dalam Koridor Pancasila dan Undang-undang dasar 1945”. Serta paparan ke lima disampaikan oleh Prof. Hotman Siahaan “ Masyarakat Multikutural dan Wawasan Kebangsaan”. Dan paparan keenam atau yang kerakhir disampaikan oleh Prof. Haryono, menggali Karifan Budaya Membangun Perdaban Bangsa . (frd)