Jatim Alami Deflasi 0,03 Persen Secara yoy di Triwulan Pertama 2025
Dinamika ekonomi yang terus berputar memberikan dampak pada Jawa Timur. Dari data Kantor Wilayah Bank Indonesia Jatim, telah terjadi deflasi 0,03 persen secara year to year (yoy) pada Februari 2025 ini dibanding periode yang sama pada 2024 lalu.
Di mana, deflasi ini memberi dampak penurunan daya beli masyarakat dan akan berdampak pada sektor bisnis yang bisa mengurangi produksinya dan melemahnya perekonomian.
Kepala Kanwil BI Jatim Erwin Hutapea mengatakan, angka tersebut cenderung turun signifikan dibanding Januari 2025 lalu. "Januari dan Februari kami mencatat deflasi 1,13 persen," ujar Erwin di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin 17 Maret 2025.
Ia menjelaskan, dari catatan yang ada dari 11 kabupaten/kota yang masuk pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) terdapat tujuh kabupaten/kota di Jatim yang mengalami deflasi dan empat yang mengalami inflasi.
"Deflasi tertinggi itu di Kota Kediri 0,98 persen. Kemudian ada empat kabupaten/kota yang mengalami inflasi, tertinggi Banyuwangi 0,94 persen secara tahunan," sebutnya.
Adapun penyebab deflasi ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah memberikan diskon tarif listrik yang dilakukan secara nasional.
Ia menambahkan, mengingat kebijakan tersebut bersifat sementara, sehingga perlu menjadi perhatian bersama. Sebab, mulai Maret dan April ini kebijakan tersebut akan berakhir.
"Karena pada bulan Maret dan April diskon tarif listrik akan berakhir dan bounce back-nya itu terjadi bersamaan dengan periode Ramadan dan Idul Fitri di awal April. Sehingga kalau kita lihat beberapa hal yang perlu jadi perhatian kalau lihat bulan Maret-April ini," pungkasnya.
Advertisement