Jatim Akhiri PON di Peringkat Tiga, Ini Evaluasinya
Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara resmi ditutup oleh Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia, Muhadjir Effendi di Stadion Utama Sport Center Sumut, Medan, Jumat 20 September 2024.
Dalam gelaran tersebut, Jawa Barat tampil sebagai juara umum dengan perolehan 195 emas, 163 perak, dan 182 perunggu. Kemudian DKI Jakarta di tempat kedua dengan 184 emas, 150 perak, dan 145 perunggu. Serta, Jawa Timur harus puas di tempat ketiga dengan perolehan 146 emas, 136 perak, dan 143 perunggu.
Dalam ajang ini, Jabar tampil dominan di beberapa nomor pertandingan maupun perlombaan. Antara lain Dayung dengan koleksi 26 emas, menembak 12 emas. Sementara DKI Jakarta berjaya di cabang atletik dengan 11 emas, lalu sepatu roda 12 emas, renang 15 emas.
Berbanding dengan terbalik dengan Jatim. Di nomor yang banyak justru hanya memperoleh medali dengan jumlah sedikit. Seperti dayung tanpa medali emas, menembak hanya satu emas, atletik dari 47 emas yang diperebutkan hanya meraih empat emas dan masih banyak lagi.
Hasil tersebut memperlihatkan begitu dominannya Jabar di cabor-cabor dengan jumlah nomor atau kelas yang besar.
"Kalau optimis bisa 169 emas, realistis 150-an, tapi hasilnya 146. Sebenarnya hari terakhir kami optimis 150, cuma beberapa lepas, seperti karate, boling, gulat. Kalau itu bisa, target realistis bisa 150-an," ungkap Direktur Badan Pelaksana (Bapel) Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim, Dr Irmantara Subagio.
Melihat perolehan tersebut, sejatinya tak sesuai target yang sudah direncanakan berdasar hasil koordinasi dengan masing-masing pelatih sebelumnya.
Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan Jatim gagal mencapai targetnya. Salah satunya adalah soal anggaran, karena dengan minimnya anggaran membuat persiapan tidak maksimal. Misalnya untuk pembelian alat dan sebagainya.
Selain itu, karena minimnya anggaran membuat program Puslatda Jatim sempat terhenti pada akhir 2023 lalu. Hal tersebut membuat cabor-cabor tidak maksimal melakukan latihan.
"Kita terhambat 2023 yang teman-teman hanya pemusatan latihan 9 bulan dengan fasilitas minimalis. Kalau itu mungkin kita desain lebih baik bisa lebih bagus. Salah satu faktornya anggaran," sebutnya.
Kendati demikian, ia tak serta merta menjadikan itu penyebab. Karena, banyak cabor yang tetap bisa meraih prestasi dengan keterbatasan yang ada.
Selain itu, KONI Jatim benar-benar berhitung, hanya medali emas dan perak atau perunggu yang potensi naik jadi emas yang diberangkatkan. Sehingga secara jumlah, kontingen Jatim lebih sedikit dibanding Jabar dan DKi Jakarta.
"Persoalan umur, peralatan, organisasi, kualitas latihannya. Atletik juga tidak ada (atlet) di beberapa nomor, itu pembinaannya kurang. Maka harus ada TC jangka panjang," tutur pria yang juga Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Unesa.
Namun demikian, ia mengatakan, ada beberapa cabor yang juara umum, bahkan melebihi target. Antara lain balap sepeda dengan total 10 emas, selam delapan emas, panjat tebing tujuh emas, tenis lapangan menyapu bersih tujuh emas, triathlon empat emas, bermotor tiga emas dan beberapa lainnya.
Pasca gelaran PON, Ibag memastikan akan melakukan evaluasi total bersama dengan seluruh cabor sehingga bisa memperbaiki prestasi saat PON XXII 2028 Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Sementara itu, atlet tenis lapangan Jatim Cristhopher Rungkat mengatakan, keberhasilan tenis lapangan tak lepas dari dukungan penuh bagi para atlet untuk bertanding di berbagai event-event internasional.
"Jatim memang membina kami jauh sebelum PON. Contohnya saya di-support pertandingan ITT, ITF dan turnamen lainnya. Sesuai visi misi ‘Dari Jatim untuk Indonesia, jadi memang Jatim ingin berkontribusi bukan hanya untuk Jatim tapi Indonesia di ajang dunia," ungkap atlet yang akrab disapa Christo ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua FPTI Jatim Danu Iswara. Ia menyebut bahwa keberhasilan panjat tebing menjadi juara umum karena kerja keras atlet dan tim pelatih, diiringi dukungan KONI Jatim.
“Program ke Jepang itu sangat bermanfaat karena atlet belajar dengan berbagai skema rintangan. Jadi ketika turun di PON, mereka sudah siap menghadapi rintangan apa pun,” tuturnya.
Tujuh Pecah Rekor
Meski gagal mencapai target, apresiasi tetap disampaikan Ibag kepada seluruh atlet. Khususnya, kepada atlet yang berhasil memecahkan tujuh rekor PON maupun rekor nasional.
Di mana, tujuh pecah rekor itu terdiri dari lima rekor di cabor selam dan dua rekor di cabor renang.
Pemecahan rekor tersebut dilakukan oleh Janis Rosalita Suprianto dari cabor selam di nomor 100 meter surface putri dan 50 meter surface putri.
Di nomor 100 meter surface putri ia mencatat waktu 40,12 detik memecahkan rekor PON maupun nasional atas namanya sendiri yang dicetak pada PON 2016 Jabar lalu, dengan catatan waktu 40,35 detik.
Sedangkan di nomor 50 meter surface putri ia mencatatkan waktu 17,86 detik memecahkan rekornasnya sendiri saat SEA Games 2023 dengan waktu 17,89 detik, serta rekor PON milik Angeline Soegianto pada PON 2021 Papua dengan catatan waktu 19,54 detik.
Pemecahan rekor selanjutnya dilakukan oleh atlet selam Jatim Wahyu Anggoro Tamtomo pada nomor 50 meter surface putra dengan catatan waktu 15,21 detik. Ia berhasil memecahkan rekornya sendiri di PON 2021 Papua dengan catatan waktu 15,77 detik dan rekornasnya pada SEA Games 2023 dengan catatan waktu 15,50 detik.
Rekor terakhir dari cabor selam berhasil dipecahkan oleh Muhammad Amirullah Al Farizi pada nomor lomba 200 meter surface putra dengan catatan waktu 1 menit 24,56 detik.
Di nomor tersebut dia memecahkan rekornas milik Petrol Apostle Kambey dengan catatan waktu pada SEA Games 2011 dengan catatan waktu 1 menit 24,60 detik, dan rekor PON milik Petrol Apostle Kambey pada saat PON 2021 Papua dengan catatan waktu 1 menit 27,85 detik.
Sedangkan dari cabor renang ada nama Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi pada nomor 800 meter putri dengan catatan waktu 8 menit 59,41 detik, berhasil memecahkan rekor sebelumnya dengan catatan waktu 8 menit 59,78 detik.
Serta, ada nama Chelsea Alexander, Nurita Monica Sari, Adinda Larasati Dewi Kirana, dan Patricia Yosita pada nomor 4x100 meter gaya ganti estafet dengan catatan waktu 4 menit 14,04 detik, memecahkan rekor sebelumnya dengn catatan 4 menit 16,99 detik.
"Terima kasih kepada seluruh cabor yang jadi bagian kontingen Jatim, saya selaku Direktur Bapel Puslatda menyampaikan terima kasih atas dedikasi dan penghargaan setinggi-tingginya bagi atlet yang meraih prestasi dan pelatih yang mendampingi. Bagi cabor belum mendapat prestasi terbaik mari kita evaluasi mendalam untuk menyiapkan PON ke depan agar lebib baik," ujar Ibag.