Jateng Tes Covid 138 Ribu Orang
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah melakukan sekitar 138.500 tes COVID-19. Hingga saat ini, penyebaran COVID-19 di wilayah Pantura Timur masih tinggi, ketimbang wilayah Pantai Selatan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo menuturkan bahwa sejauh ini kasus COVID-19 di Pantura Timur masih tinggi, sedangkan di Pantai Selatan rendah. Namun, testing tetap dilakukan di seluruh wilayah di Jawa Tengah.
“Pantura Timur masih tinggi, kalau Pantai Selatan rendah. Tapi tes tetap dilakukan,” ujarnya usai Rapat Koordinasi Pencegahan Covid-19 di Ruang rapat Kantor Gubernur Gedung A Lantai 2, Senin, 3 Agustus 2020.
Untuk pelaksanaan tes swab secara masif, pihaknya berupaya terus dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki. Selain itu, sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi lain.
“Kita berusaha mengarah ke sana (testing) bertahap sesuai dengan kemampuan dan kapasitas. Juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi lain. Anggarannya besar, maka kita bertahap,” imbuhnya.
Disinggung kasus di Kabupaten Jepara, Yulianto mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan testing dan tracing di wilayah tersebut. Itu merupakan langkah pencegahan penyebaran COVID-19 di wilayah yang masih tinggi.
“Iya, sekarang kita melakukan testing dan tracing di sana. Karena ditemukan kasus di sekretariat Dewan, DLH (Dinas Lingkungan Hidup) dan Satpol PP,” paparnya.
Sementara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa dari hasil evaluasi rutin ditemukan angka penyebaran COVID-19 di Jawa Tengah meningkat. Untuk itu, Ia meminta Bupati/Wali Kota terus melakukan sosialisasi.
“Memang layak terjadi peningkatan karena kita melakukan testing secara masif. Maka, kita minta optimalisasi laboratorium dan masih proporsional bisa untuk mengcover percepatan dalam tes. Kita mulai optimalkan koordinasi di tiap wilayah,” tuturnya.
Ganjar mengatakan angka reproduksi efektif (Re/Rt) minggu ke 31 meningkat secara terus menerus dalam empat minggu terakhir. Re/Rt di atas 1 bertambah 6 menjadi 25 dari 34 Kabupaten/Kota, dan Kabupaten Jepara tertinggi dan tidak jelas klaster penularannya.
“Penambahan ini hampir semua. Kabupaten Jepara tertinggi dan tidak jelas klaster penularannya. Ini cukup berbahaya,” ucapnya.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan tracing dan diharapkan Program Jogo Tonggo mampu diaplikasikan di semua lini masyarakat.
“Cenderung terjadi penularan di komunitas, sehingga kita harapkan Jogo Tonggo nantinya bisa jadi Jogo Kerjo, Jogo santri dan lainnya untuk mencegah penularan di komunitas,” tandasnya.