Jasad Maradona Diangkat dari Kubur
Setelah Diego Maradona meninggal dan dikebumikan, jasadnya sempat diangkat lagi untuk autopsi dan uji toksikologi demi mengetahui persis penyebab kematiannya. Autopsi itu didasarkan pada sampel darah dan urin. Sebelumnya, sempat ada tanda tanya dari penyebab kematian Maradona, terlebih beberapa pekan sebelum meninggal dia menjalani operasi pendarahan di otak.
"Tidak ada obat (ilegal)," kata seorang pejabat pengadilan yang dikutip dari ABC, mengenai hasil autopsi legenda sepakbola dunia tersebut.
Satu-satunya obat yang ditemukan setelah dilakukan uji toksikologi hanyalah yang digunakan untuk merawat kesehatan fisik dan mentalnya. Maradona memang punya pengalaman dengan obat-obatan medis karena sempat meminum tujuh jenis obat berbeda untuk mengobati depresi, kecemasan, dan penyakit lainnya. Di masa lalu, Maradona bahkan dikenal sebagai sosok yang dekat dengan narkotika dan obat-obatan terlarang.
Kepolisian ilmiah Buenos Aires, mengatakan Maradona memiliki masalah dengan ginjal, jantung, dan paru-parunya. "Edema paru akut sekunder akibat gagal jantung kronis yang diperburuk dengan kardiomiopati dilatasi," tulis keterangan kepolisian.
Sebagai bagian dari penyelidikan, berbagai pencarian telah dilakukan dikediaman ahli bedah saraf Leopoldo Luque, yang merawat Maradona di rumah sakit, serta psikiaternya, Agustina Cosachov. Apartemen tempat tinggal Maximiliano Trimarchi, yang bekerja sebagai sopir Maradona, juga digerebek dan telepon genggamnya disita.
Sebelumnya, jasad Maradona sudah sempat dimakamkan sehingga kemudian mesti diangkat lagi dari tempat persemayaman terakhirnya. Maradona meninggal dunia pada usia 60 tahun di rumahnya di Buenos Aires, tempat memulihkan diri setelah menjalani operasi penggumpalan darah di otaknya, yang berlangsung pada November 2020.
Kabarnya, kuburan Maradona dipindahkan. Pesepakbola kelahiran 30 Oktober 1960 itu pernah berwasiat supaya jasadnya diawetkan apabila meninggal dunia dan tubuhnya disimpan di sebuah museum di Argentina.
Maradona ingin meniru penghormatan seperti bapak bangsa Uni Soviet, Vladimir Lenin, yang jasadnya dipamerkan di Red Square, Moskow, sejak kematiannya pada 1924 hingga saat ini.
Advertisement