Jasa Tukang Asah Pisau Rawat Alat Medis
Masa-masa sulit pengelolaan Rumah Sakit Mata Undaan berlangsung selama tahun 1950-an sampai dengan 1960-an. Pergolakan politik dalam negeri terus berlanjut sampai berujung pada penggulingan pemerintahan Bung Karno, Presiden Pertama RI. Perekonomian Indonesia mengalami krisis.
Lantas bagaimana gambaran kesulitan yang rumah sakit yang berdiri sejak zaman Belanda ini? Dokter Mohammad Basoeki dalam buku 50 Tahun Rumah Sakit Mata Undaan punya cerita unik yang mengharukan. Cerita yang menggambarkan betapa sulitnya rumah sakit ini bertahan hidup saat itu.
Disebutkan, untuk bisa tetap beroperasi, berbagai langkah dilakukan. Misalnya, jadwal operasional rumah sakit dimajukan. Kalau dulu biasa dibuka jam 7.00 pagi, maka saat itu dimajukan menjadi 6.30 WIB. Ini terpaksa dilakukan karena saat itu, obat-obatan hanya bisa didapat di RS. Tidak ada di apotek.
Penambahan jumlah pasien akibat krisis obat-obatan di apotek ini sebetulnya tambah membebani operasional rumah sakit. Mengapa? Karena situasi ekonomi, rumah sakit tidak mungkin membebankan sepenuhnya biaya pengobatan ke pasien. Apalagi untuk pasien miskin.
Dalam situasi yang demikian, peralatan medis juga sulit didapatkan. Kalau pun ada, tidak ada dana yang bisa dibelanjakan untuk memperbarui alat-alat kedokteran. Demikian juga kebutuhan terhadap alat operasi yang tajam dan halus.
"Maka agar alat-alat tersebut dapat tetap dipakai, alat tajam yang lembut diasah lagi oleh Dr J Ten Doesschate. Sedangkan yang agak kasar ke Pak Dullah, tukang asah pisau yang tiap kali datang ke rumah sakit," tulisnya.
Sayang tidak diceritakan sosok Pak Dullah yang ikut andil dalam operasional rumah sakit karena keahliannya sebagai tukang asah pisau ini. Juga tidak dijelaskan jenis alat operasi apa saja yang diasah oleh Pak Dullah.
"Maka agar alat-alat tersebut dapat tetap dipakai, alat tajam yang lembut diasah lagi oleh Dr J Ten Doesschate. Sedangkan yang agak kasar ke Pak Dullah, tukang asah pisau yang tiap kali datang ke rumah sakit," tulisnya.
Juga tak dijelaskan mengapa Dokter Doesschate sendiri yang mengerjakan alat-alat operasi medik yang halus. Yang pasti, dokter yang tetap melajang sampai ia kembali ke negeri asalnya itu adalah seorang dokter perempuan.
Tak hanya itu. Kesulitan pendanaan juga berpengaruh terhadap gaji dan honor karyawan. Menurut Basoeki, pada masa sulit seperti itu, upah karyawan pun tidak bisa dipenuhi secara sempurna. Upah mereka sempat dibayar dengan cara dicicil.
Mengapa akhirnya RS Mata Undaan bisa bertahan? Padahal sempat menghadapi krisis pendanaan yang parah seiring dengan krisis ekonomi yang melanda pemerintahan Indonesia? Salah satunya adalah peran Dokter Doesschate.
Pengganti Dokter Go yang berada di Indonesia dalam rangka menyelesaikan gelar doktornya di Universitas Indonesia ini mampu menggalang dana dari negeri asalnya. Ia melakukan itu setiap kali cuti liburan ke negeri Belanda.
Menurut Basoeki, pada masa sulit seperti itu, upah karyawan pun tidak bisa dipenuhi secara sempurna. Upah mereka sempat dibayar dengan cara dicicil.
Di saat tertentu, ia juga berkirim surat ke sejumlah koleganya di Belanda. Kepada mereka, Doesschate mengumpulkan dana untuk membantu operasional sehari-hari RS Mata Undaan. Dana dari para koleganya di Belanda itu ikut menyelamatkan RS Mata Undaan. (Arif Afandi/Bagian-7/Bersambung)