Jaringan Narkoba Antar Lapas di Jatim, Satu Orang Ditembak Mati
Polrestabes Kota Surabaya berhasil menangkap jaringan narkoba antar lapas di Jatim. Karena melawan ketika akan diamankan oleh petugas, salah satu tersangka ditembak mati. Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Jhonny Eddizon Isir mengatakan, kurir narkoba inisial FP, 34 tahun, asal Bangkalan, Madura, ditembak mati di Jalan Raya Kebonsari Surabaya, pada Rabu, 16 Desember 2020.
Saat itu, petugas juga berhasil mengamankan AA, yang juga dihadiahi timah panas di kedua kakinya. Menurut Isir, mereka berdua merupakan jaringan yang diungkap polisi pada April lalu.
"Kelompok ini sudah kami dalami dengan data yang sudah didapat, baik pola komunikasinya, pola transaksinya, kemudian dilakukan pembuntutan,” kata Isir, di Mapolrestabes Surabaya, Jumat, 18 Desember 2020.
Setelah mendapatkan kedua tersangka itu, kata Isir, polisi juga berhasil menangkap empat tersangka lain, yaitu, berinisial H, 27 tahun, asal Mojokerto, serta MY, 22 tahun, RH, 25 tahun, dan RY, 26 tahun, katiganya warga Surabaya.
Isir mengungkapkan kelompok tersebut merupakan jaringan lapas. Dan narkoba yang diedarkan berasal dari luar negeri, kemudian masuk ke Sumatera dan Kalimantan yang kemudian di sebarkan ke wilayah Jatim.
"Sindikat ini masih terus didalami, di profiling. Yang jelas ini jaringan lapas yang ada di Jatim. Narapidana yang ada di lapas Jatim . Masih terus kami ikuti dan mengacu di sana," ucapnya.
Dalam penangkapan tersebut, kata Isir, kepolisian berhasil menyita barang bukti sabu seberat 22 kilogram dan ganja seberat 578 gram. Selain itu, petugas juga mendapatkan senjata rakitan, milik tersangka FP.
"Ini sabu yang akan disebar sebelum tahun baru, sebelum 31 Desember bisa masuk ke Surabaya, mungkin transit di Madura dan kemudian di sebar ke masyarakat. mudah-bagian sindikat lain bisa tertangkap," jelasnya.
Sementara itu, pelaku AA mengaku disuruh oleh seseorang dalam pengambilan paket berisi sabu dan ganja tersebut. Dia dihubungi melalui telepon dan diminta mengambilnya di sebuah hotel yang sudah ditentukan.
"Saya ditelepon oleh orang yang tak dikenal. Saya mendapat komisi lima juta dan satu handphone. Baru dua kali melakukan, pertama satu kiloan,” kata AA, kepada media.
“Yang ini cukup banyak baru tahu. Ini dikirim ke daerah Jakarta. Perintahnya dikasih arahan suruh ngambil di hotel dan saya ambil ketika saya pegang barang saya antar," tutupnya.