Jangankan 4G, Jaringan Telepon Pun Banyak yang Masih Blankspot
Pagi Rabu, 18 April 2018, kemarin, tidak seperti biasa. Alarm smartphone yang disetel di angka 09:00 berteriak sebelum waktunya. Dari ujung telepon seseorang meminta semua kru, segera bergabung. Cagub Jawa Timur, Gus Ipul--Saifullah Yusuf, mau beraktifitas di Malang Raya.
Orang-orang yang biasa menemani Gus Ipul berkampanye, belum bersiap. Patwal, walpri, tim driver, beberapa pekerja pers, serta ajudan, tergagap. Sebab, di ujung pagi itu, dengan pesan di HP, Gus Ipul sempat membatalkan rencana ke Malang karena kelelahan. Kelelahan ini juga yang menyergap semua anggota tim.
Ketika Gus Ipul memulai perjalanan ke Pulau Garam Selasa itu, hari sudah menjelang maghrib. Para relawan berkumpul di kediaman Habib Thoha, Galis Bangkalan. Ada empat titik pertemuan ia selesaikan malam hingga dini hari Rabu. Madura ditinggalkan ketika jarum jam menunjuk angka 02:40 Rabu. Bias sinar mengejar. Berusaha menembus dari balik kaca belakang mobil.
Mesin mobil patwal maraung pelan. Memecah dingin badan jalan Surabaya menuju jalan bebas hambatan. Sejurus kemudian, Malang sudah di depan mata. Matahari naik sepenggalahan. Para komuter dan masyarakat umum, memenuhi jalan, mengular hingga di ujung Kepanjen. Hari yang, sebenarnya, biasa-biasa saja. Normal dan rutin.
Gondanglegi menyusul. Satu-satu tugu batas antarwilayah dilewati rombongan Gus Ipul. Jalan mulai menanjak. Tebing mulai ada yang curam. Dengan teknologi komunikasi, Gus Ipul tetap asyik berhubungan dengan teman-temannya di luar Malang. Karena problem coverage dan distansi, perlahan-lahan, smartphone Gus Ipul, kehilangan tenaga. Lemah dan terus melemah.
"Halo...halo...halooo !" seru Gus Ipul. Tapak demi tapak tangga sinyal menghilang. Awalnya tinggal dua. Lalu lenyap ditelan tebal tebing jalanan dan rimbun tanaman. Tebu-tebu seperti berebut menghimpit dan menutup celah sinyal handphone. Ketika roda mobil meninggalkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sendang Biru, alat supercanggih itu, benar-benar tak berdaya.
Selanjutnya, hingga melewati Kepanjen dari jalur selatan, Gus Ipul dan rombongan memasuki labirin perjalanan tanpa sinyal. Hubungan dengan dunia luar terputus. Tak bisa mengirim informasi dan tak mampu menerima pesan apapun. Layanan pesan pendek lewat whatsapps dan aplikasi lainnya, tak mampu menembus Malang bagian selatan.
Apakah di kawasan ini tak ada mobilitas manusia ? Ada. Bahkan di beberapa sisi jalan, terbilang ramai. Tetapi alat komunikasi tak banyak memberi manfaat. Mereka tak bisa menangkap pesan dari luar karena digitalisasi komunikasi belum sampai di sana. Tawaran kegunaan 3G, apalagi 4G, juga belum mampu menjangkau kawasan tersebut.
Walhasil, karena jaringan internet gampang terkoyak, nyaris semua bentuk interaksi digital tak bisa dilakukan. Mapping lewat mesin pencari seperti Google Map, tak bisa membantu patwal segera dapat menemukan lokasi tujuan. Panlok--panitia lokal juga terkendala ketika harus berbagi lokasi--shareloc dengan tim kampanye.
"Ini Malang. Salah satu kawasan paling awal tersentuh alat komunimasi canggih seperti smartphone. Salah satu yang terdekat dengan Surabaya. Salah satu yang paling maju dibanding kabupaten-kabupaten lain di Jawa Timur. Kalau di sebagian Malang saja masih ada problem ini, tentu di daerah yang lebih ke dalam juga akan lebih susah coverage-nya," kata Gus Ipul.
Di sebagian besar daerah pedalaman Madura, masalah ini juga kerap jadi keluhan. Gus Ipul merasakan itu ketika harus melakukan kunjungan berantai ke beberapa pondok pesantren. Sinyal gadget-nya putus-nyambung. "Kalau beli hape sekalian ama sinyalnya," demikian jawaban sarkastis yang sering kita jumpai di masyarakat Madura. Ada-ada saja. (*)