Jangan Terlena dengan Angka BOR yang Mulai Turun
Meski kasus penularan COVID-19 secara umum mulai melandai namun warga tak boleh terlena dengan situasi seperti sekarang. Warga harus tetap taat menjalankan protokol kesehatan. Selain itu, jika ada warga yang mengalami gejala sakit COVID-19 jangan ragu untuk segera memeriksakan diri.
Anggota DPRD Jawa Timur, Hari Putri Lestari mengingatkan jika sebenarnya masih banyak warga terutama di pedesaan yang mengalami gejala sakit COVID-19, namun mereka enggan memeriksakan diri.
“Dari data yang saya terima, khususnya di daerah (pedesaan), banyak masyarakat yang mengalami sakit tidak mau memeriksakan dirinya ke rumah sakit atau puskesmas. Padahal ada di antara mereka yang memiliki gejala indikasi COVID-19,” ujar Har Putri Lestari, Senin 30 Agustus 2021.
Kata perempuan yang akrab disapa Tari ini, warga di desa enggan memeriksakan diri ke rumah sakit meski bergejala COVID-19. Mereka masih punya ada rasa takut kalau sampai dirawat di rumah sakit akan diasingkan karena pasien COVID-19 tak boleh ditunggu dan dijenguk.
"Dan saat meninggal langsung dimakamkan tanpa disemayamkan di rumah. Itu yang membuat mereka menjadi enggan,” katanya.
“Apalagi masih ada stigma aib di lingkungannya dari tetangga kalau terkena covid. Mereka akan diasingkan oleh masyarakat dan akhirnya mereka memilih lebih baik dirawat di rumah, meski tidak diketahui sakitnya apa,” imbuhnya.
Dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat khususnya di pedesaan, Tari berharap pemerintah tidak kendor dan terus melakukan sosialisasi terkait bahaya COVID-19. Serta perlunya vaksinasi bagi masyarakat guna menciptakan herd imunnity.
Menurut data yang dikeluarkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyebut terjadi penurunan tingkat keterisian di rumah sakit (Bed Cccupancy Ratio/BOR). Rinciannya, BOR ICU RS dari 78 persen menjadi 51 persen, BOR Isolasi RS dari 81 persen menjadi 29 persen, BOR RS Darurat dari 69 persen menjadi 28 persen dan BOR Rumah Isolasi dari 50 persen menjadi 26 persen.