Jangan Terlalu Berharap Makanan Berkuah Tersaji Saat Ibadah Haji
Jamaah haji gelombang dua bakal memasuki Madinah pada Jumat 31 Agustus. Mereka akan tinggal selama delapan hari untuk menjalankan ibadah salat Arba'in dan ziarah ke tempat-tempat bersejarah.
Selama di Madinah, para jamaah haji bakal menerima jatah makan selama 16 kali yang dibagikan tiap siang dan malam. Namun, menu yang mereka terima tetap makanan kering. Sebab, pihak katering belum sanggup menyediakan menu berkuah yang diinginkan sebagian jamaah haji.
Hal itu terungkap saat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memantau dua perusahaan katering di Madinah sore tadi waktu Arab Saudi 27 Agustus. Yakni perusahaan katering Al Ahmadi dan Oriental Savouri.
Lukman mengakui, memang ada sebagian jamaah yang meminta agar makanan yang disediakan Kementerian Agama (Kemenag) lebih variatif. Terutama dengan menyediakan sayuran berkuah.
Namun, berdasar pengakuan pihak katering, ternyata tidak mudah merealisasikan permintaan tersebut. "Sebenarnya kami sudah berupaya. Tapi ternyata tidak sesederhana itu," katanya.
Menurut Lukman, makanan berkuah perlu kemasan khusus agar tidak gampang tumpah saat proses distribusi. Selain itu, kemasan tersebut harus membuat makanan berkuah tidak cepat basi.
"Dalam kondisi yang panas seperti di sini, makanan berkuah lebih cepat basi," terangnya.
Meski demikian, Lukman meminta jajarannya tetap mencarikan solusi yang tepat. "Kami sedang berpikir keras untuk memenuhi keinginan jamaah soal makanan berkuah itu," katanya.
Ia juga berpesan agar bagian katering tetap memperhatikan aspek higienitas makanan. Sebab, selain selera makanan, higinitas juga menjadi salah satu prioritas yang harus diutamakan.
Lukman juga mengatakan, kesulitan mendatangkan bahan baku makanan yang pernah terjadi pada jamaah haji gelombang satu telah teratasi. Waktu itu, salah satu bahan masak yang sulit didapat adalah kecap dan sambal asli Indonesia.
"Alhamdulillah, sekarang tidak ada masalah itu," kata Menag. Di dua perusahaan katering yang didatangi, persediaan kecap dan bahan masak lain dari Indonesia sudah terpenuhi. "Tidak hanya kecap, juga ada sambal botol, kopi, lalu ada cokelat, gula dan yang lain," katanya.
Lukman berharap, musim haji berikutnya bukan hanya bumbu masak yang berasal dari Indonesia. Dia ingin agar beras pun didatangkan dari dalam negeri.
Saat ini, beras yang dimasak berasal dari Thailand, Vietnam, dan India. "Ini memang tantangan bagi pengusaha Indonesia, bagaimana bisa menghadirkan beras kita di Saudi," tandasnya.
Namun, Menag tidak tahu secara pasti penyebab beras Indonesia tidak bisa masuk Saudi. "Yang tahu detail, mungkin yang mengurusi perdagangan dan ekspor impor," katanya. (amr)
Advertisement