Jangan Terbawa Arus Mainstream yang Buruk
Di zaman penuh fitnah saat ini, terutama dimarakkan lewat berita hoaks di media sosial, menjadi perhatian serius para juru dakwah. Diingatkan kepada umat Islam agar mewaspadai dan tak mudah menjadikannya larut dalam arus umum yang buruk.
KH Husein Muhammad, pengasuh pesantren Dar-el Tauhid, Arjawinangun Cirebon berpesan:
Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki, ahli hadits zaman ini dalam bukunya " Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyah",menyebut hadits Nabi tentang bagaimana sikap kita pada “Zaman Fitnah”, zaman penuh ujian/cobaan.
Disebutkan :
قال صلى الله عليه وسلم : ائتمروا بالمعروف وانتهوا عن المنكر. حتى إذا رأيت شُحًّا مُطَاعاً وهَوًى مُتَّبَعاً ودُنْيا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِى رَأْيٍ بِرأْيِهِ فَعَلَيكَ بِنَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَ فَاِنَّ مِنْ وراءكم أَيَّامَ الصبر. الصبرُ فيهنَّ مِثْلُ الْقَبْضِ على الجمر. للعامل فيه مثل أجر خمسين رجلا يعملون مثل عمله". رواه ابن ماجه والترمذى وابو داود .
“Nabi saw, bersabda : “ikuti yang baik, hentikan yang buruk/munkar, meski jika kamu melihat ada banyak orang yang sangat pelit, atau banyak orang yang menuruti hawa nafsunya, atau banyak orang yang mengejar kesenangan duniawi atau banyak orang yang membanggakan pendapat dirinya, maka jagalah dirimu dan tinggalkan perilaku umum yang buruk itu. Kamu harus bersabar menghadapi zaman penuh cobaan/ujian ini. Bersabar pada saat-saat tersebut seperti memegang bara api. Orang yang bersabar melakukannya memeroleh pahala 50 kali pahala orang yang melakukan hal itu”.
(Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah, hlm. 204).
Asal Usulnya hanya satu
Maulana Jalaluddin Rumi menyampaikan kata-kata yang sungguh memesona dan indah.
الحقيقة ان الجاذب واحد لكنه يتراءى متعددا. الا ترى ان الانسان تستبد به ماءة من الرغاءب المختلفة. لكن اصلها شيء واحد وهو الجوع. الا ترى كيف انه عندمايشبع من واحد منها يقول : لا ضرورة لشيء من هذه الاشياء. وهكذا يغدو معلوما انها لم تكن عشرة اشياء او ماءة شيء بل هو شيء واحد هو الذى جذب الانسان. (فيه ما فيه، ٣٥)
"Hakikat yang memesonakan itu satu, meski tampak beraneka ragam. Manusia ingin makan ini dan makan itu yang bermacam-macam. Meski begitu, asal mula segalanya adalah satu. Ialah rasa lapar. Ketika mereka itu telah mengambil pilihannya, masing-masing akan mengatakan: aku tidak membutuhkan apa-apa lagi dari segala hal itu. Nyatalah bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya sepuluh atau seratus. Yang Ada hanyalah Satu". (Jalal al-Din Rumi, Fihi ma Fihi, 35).
Demikian Kiai Husein Muhammad berpesan.