Jangan Sepelekan Cat Air!
Kekuatan cat air untuk sebuah karya lukis, masih banyak yang meragukan. Untuk tidak ragu, datanglah ke pameran lukisan khusus yang dibuat dengan cat air, yang saat ini sedang digelar di Galeri Prabakangkara, Taman Budaya Jawa Timur di Jl. Gentengkali 85 Surabaya.
Sebanyak 26 pelukis dari Jawa Timur diundang oleh Taman Budaya Jatim, masing-masing pelukis menampilkan 2 karya. Temanya bebas dan beragam.
Mereka adalah T. Kamajaya (Madiun), Lukman Gimen (Surabaya), Budi BI (Surabaya), Sigit Crueng (Sidoarjo), Je Mohamad (Sumenep), Indahsari (Probolinggo), Dodoth Widodo (Kediri), Haris Sudarsono (Sumenep), Yoes Wibowo (Pasuruan), Tedjo Konte (Surabaya), Heru Kuntoyo (Madiun), Pingki Ayako (Surabaya), Sentot Usdek Hidayat (Sidoarjo), Fahrudin Enggar Pratama (Tuban), Azam Bakhtiar (Malang), Subroto (Blitar).
Juga Choyrul Subechi (Sidoarjo), Nunung Wicaksono (Ngawi), Budi Ipeng (Sidoarjo), Imam Muhlis. (Lamongan), Hamid Nabhan (Surabaya), Mohamad Marzuki (Jember), Virgorina Hendrianti, (Surabaya), Anin Naim (Tuban), Bink Ufa (Situbondo) dan terakhir Nur Ilham dari Banyuwangi.
Dari 52 lukisan yang dipajang, nyaris tidak ada yang sama dalam penggarapan, kecuali karya dengan obyek figur yang menonjolkan wajah modelnya. Alirannya bermacam-macam. Lanskap, realis, ekspresionis, dekoratif, bahkan yang abstrak. Cat air dipakai untuk melukis abstrak, ternyata dapat juga menghasilkan karya yang dahsyat.
Untuk sukses menggunakan cat air, kuncinya cuma satu, tekun. Bukan hanya tekun saat melukis saja. Tetapi juga tekun dalam berproses. Pada saat seorang pelukis sedang berkarya, pada dasarnya dia sedang belajar. Makin sering dia berkarya maka kemampuan juga akan meningkat. Mengenal dengan baik sifat cat air, dan kemudian menguasainya, tidak bisa diperoleh secara instan.
Sifat cat air selalu bergerak. Tetapi lebih cepat kering dibanding cat minyak. Untuk menguasai dan mengendalikan sifat cat air itu, seorang pelukis harus terus menerus mempelarinya dengan tekun. Bahkan bertahun-tahun. Karya-karya cat air dengan karakter khasnya, tidak bisa didapat dari karya bermedia cat minyak atau akrilik.
Keduapuluh enam pelukis yang saat ini sedang berpameran di Galeri Prabangkara, sebagian besar sudah bertahun-tahun tekun menggeluti cat air. Wajar kalau karya-karya yang mereka pamerkan mengundang kagum.
Memang, masih ada masyarakat yang menganggap karya lukis dengan cat air masih belum setingkat karya dengan cat air atau akrilik. Padahal, cat air tidak lebih rendah dari cat minyak atau akrilik, termasuk dalam harga.
Selembar kertas yang standar ukuran A3, harganya memang berfariasi antara Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu. Tetapi untuk merk tertentu, harganya bisa mencapai Rp 140 ribu. Sedang harga cat ada yang Rp 250 ribu hanya untuk 5 ML. Meskipun yang standar sekitar Rp 50ribu untuk 15 Ml. Kwas yang baik bisa lebih dari satu juta rupiah, sementara yang paling murah sekitar Rp 30 ribu. Jadi dalam hal biaya produksi, karya cat air belum tentu lebih rendah dibanding karya lukis cat minyak atau akrilik.
Kepala UPT Taman Budaya Jatim, Sukatno dalam sambutannya mewakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim mengatakan, Taman Budaya Jatim harus memberi makna dan manfaat sebesar-besarnya bagi perkembangan seni budaya, seniman dan masyarakat pecinta seni lainnya.
“Tahun ini kami memberi kesempatan kepada para perupa yang berkarya dengan menggunakan cat air. Kebetulan penggunaan cat air oleh para perupa sedang naik daun, karena itu Taman Budaya Jatim mengapresiasi dan mengakomodasi dengan mendukung penuh mereka menampilkan karya-karyanya di Galeri Prabangkara. Mudah-mudahan karya-karya bermedia cat air makin berkembang dan makin eksis,” kata Sukatno.
Acara pembukaan pameran khusus cat air di Galeri Prabangkara hari Senin 23 Juli malam berlangsung meriah. Sore hari sebelum pembukaan, para pelukis melakukan demo bareng melukis seorang model. Tentu dengan media cat air.
Beberapa pelukis lainnya memilih melukis suasana pendopo TBJ, termasuk pohon-pohonnya, dari berbagai sudut. Hasil OTS (on the spot) pendopo dan model ini kemudian ikut dipamerkan di salah satu ruang dari 4 ruangan yang ada di Galeri Prabangkara.
Para pelukis cat air, yang jumlahnya tidak sebanyak pelukis pengguna cat minyak atau akrilik, dikenal solid dan kreatif. Mereka membentuk komunitas, yaitu Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai) di tingkat pusat dan daerah.
Beberapa tokoh lukis cat air tingkat nasional datang, antara lain Kin Kin dari Jakarta, serta Mulyoto dan Irwan Wijayanto. Keduanya asal Surabaya, tetapi sudah lama menjadi warga Bali. Irwan bahkan konsisten selama 30 tahun lebih hanya melukis dengan cat air, tidak menggunakan media lainnya.
Beberapa pelukis cat air dari Jawa Tengah juga hadir, menunjukkan even yang diselenggarakan UPT Taman Budaya Jawa Timur dan berakhir tanggal 27 Juli mendatang ini pantas diperhitungkan, dan layak dikunjungi. (nis)