Jangan Remehkan Daging Tumbuh, Penyebab Tumor Mata Bayi Piki
Tumor di mata bagian kiri membuat Piki Ananda tak leluasa memandang wajah orangtuanya. Anak ketiga dari pasangan Pendi dan Murniati Sumila Dewi ini, sudah sejak usia 1 tahun menderita tumor mata.
"Tumor di matanya semakin membesar, tapi Piki masih cerita dan ketawa-ketawa," tutur sang ibu.
Bermula dari secuil daging yang tumbuh di dekat mata sebelah kiri, kedua orangtuanya tak menyadari bahwa itu merupakan awal dari tumor yang diidap anaknya. Sampai kemudian, daging tersebut semakin membesar setip harinya hingga mengganggu pengelihatan Piki.
Kondisi tersebut membuat Piki harus segera mendapatkan pengobatan secara menyeluruh di rumah sakit. Namun hal itu terbentur dengan kondisi keuangan keluarga.
Bayangkan saja, ayah Piki hanyalah seorang tukang becak motor (bentor) sewa dengan penghasilan Rp75 ribu per hari. Pendapatan itu masih harus dipotong biaya BBM Rp20 ribu per hari dan ongkos sewa bentor Rp25 ribu per hari.
Sementara sang ibu berprofesi tukang cuci piring di sebuah rumah makan. Namun sejak Piki sakit, Murniati berhenti bekerja untuk merawat sang buah hati.
Sehari-hari keluarga Piki tinggal di rumah kontrakan yang sangat sederhana, dengan biaya Rp200 ribu per bulan.
Ironisnya, BPJS tidak menanggung seluruh biaya pengobatan Piki yang membutuhkan operasi, kemoterapi, kontrol, injeksi dan obat-obatan yang diperkirakan lebih dari Rp100 juta.
Beruntung banyak para dermawan yang telah membantu pengobatan Piki. Di antaranya ialah Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama Kitabisa.com menggalang donasi untuk meringankan beban keluarga Piki.
Terbaru, bantuan datang dari Funny Wati, pemilik akun Instagram @pempek_funny, membantu pengobatan Piki ke Jakarta.
Ironisnya, usai Piki menjalani pengobatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Piki justru mendapat kendala sesaat akan terbang ke kampung halamannya, Medan.
Diduga aroma dari tumor mata yang diidap Piki menjadi alasan dirinya dan sang ibu diturunkan dari pesawat, meski mereka memegang surat rekomendasi medis dari RSCM.
Pengalaman tak mengenakkan ini dialami saat ibu dan anak ini menumpang maskapai penerbangan Ba*** Air ID 6880 rute Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (CGK) ke Bandar Udara Internasional Medan Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara (KNO), Jumat 10 Agustus lalu.
Syukurlah, pada keesokan harinya, Piki dan sang ibu bisa kembali berkumpul keluarga di kampung halamannya dengan penerbangan Garuda Indonesia. (yas)
Advertisement