Jangan Pilih Imam Karena Khotbahnya, Pesan Terakhir Kiai Basori
KH M. Basori Alwi Murtadlo, Pengasuh Pondok Pesantren Ilmu Al Quran Singosari, Malang. Sebelum menghadap ke Rahmatullah, Senin 23 Maret 2020, Pendiri Jam'iyatul Qura' wal Huffazh (JQ) Nahdlatul Ulama ini, berkesempatan memberi nasihat kepada umat Islam.
Kiai Basori Alwi mengingatkan umat Islam untuk tidak memilih Imam semata-mata karena khotbahnya bagus. Namun, juga haruslah yang bacaan Al-Qurannya baik dan benar.
“Di beberapa masjid itu biasanya memilih Imam, Imam yang khotbahnya bagus luar biasa, tapi bacaannya salah, tetap berdosa. Yang tidak mengingatkan berdosa, mesti ada yang mengingatkan. Mohon maaf saya mengingatkan,” kata Kiai Basori Alwi.
Menyitir ungkapan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, KH Basori Alwi menjelaskan bahwa membaca al-Qur’an dengan tartil, dimaksudkan agar memperbagus bacaan huruf Qur’an dan mengetahui waqaf-waqafnya.
“Satu huruf Al-Qur’an kalau dibaca benar, satu kali baca 10 kebaikan, kebaikan dunia dan akhirat,” tuturnya.
Bagaimana jika salah, kiai yang sempat berguru pada Syekh Mahmud Al-Ayyubi dari Irak ini melanjutkan, bahwa ada dua macam kesalahan dalam membaca ayat Al-Qur’an.
“Ada salah yang merusak makna, ada salah ringan. Salah yang merusak makna, seperti ‘alhamdulillah’ dibaca ‘alkamdulillah’ itu merusak makna, baik sendiri atau jadi imam atau jadi ma’mum batal sholatnya. Salah ringan, tidak merusak makna, tidak batalkan sholat,” jelasnya.
KH Muhammad Basori Alwi, di tengah masyarakat, ia dikenal sebagai Ustadz Basori Alwi, karena ketekunannya menjadi Guru (Ustadz) yang mengajarkan ilmu Al-Quran.
Di tengah masyarakat, ia bergulat mengajarkan ilmu-ilmu Al-Quran, hingga namanya pun harum. Nama Kiai Basori Alwi melegenda di hati umat Islam, di Jawa Timur secara luas. Semasa hidup KH Abdul Muchith Muzadi, almaghfurlah, pernah berpesan untuknya: Li kulli syai’in zakaatun, wa zakaatul ilmi at-ta’liim. (Segala sesuatu ada zakatnya, dan zakat ilmu adalah mengajar).
Pesan itulah yang dijalaninya hingga Kiai Basori Alwi mengembuskan nafas terakhir pada Senin, 23 Maret 2020, pukul 15.00 WIB. Sebelum mengembuskan nafas terakhir, dalam usia 95 tahum Kiai Basori Alwi mengalami masa kritis dan menjalani perawatan karena sakit jantung.
Menurut KH Luthfi Basori, seorang putranya, selama ini Kiai Basori Alwi dirawat dr Emiral Muhammad, cucunya sendiri di rumahnya di Kompleks Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari Malang.
"Mudah-mudahan, beliau dipilihkan oleh Allah yang terbaik," sambung Luthfi Basori, yang ketua MUI Kabupaten Malang, sesaat sebelum ayahandanya wafat.
Jenazah almarhum langsung disucikan bakda Maghrib ini. Menurut rencana, sebelum dimakamkan di Kompleks Makam YPIQ Dengkol Singosari, almarhum dishalati terlebih dahulu di Masjid Hizbullah, Singosari, Selasa 24 Maret 2020, sekitar pukul 12.00 WIB, usai Dhuhur.
Pesan KH Basori Alwi, almaghfurlah, pernah disampaikan dalam perhelatan Gebyar Prestasi Al Quran dan pemberian Sahadah pada Wisudawan dan Wisudawati, Yayasan Khadijah Surabaya, di Jalan Ahmad Yani Nomor 2–4, Surabaya, beberapa waktu lalu.
Ketika Ketua Umum Yayasan Khadijah Surabaya, Khofifah Indar Parawansa melegitimasi dawuh dari KH Bashori tersebut. Gubernur Jawa Timur ini, pernah menemui pengalaman yang sama tentang betapa pentingnya membaca ayat suci Al-Quran dengan cara baik dan benar atau tartil.
“Yang tadi disampaikan KH M. Basori Alwi Murtadlo, bagaimana Imam-Imam masjid bacaannya bisa tartil. saya juga sering Subuhan dan Magriban disuatu daerah, sering saya temui, bacaan Imam kurang tartil,” katanya.