Jangan Pernah Putus Menjalin Hubungan dengan Allah
Pertarungan Thalut melawan Jalut melahirkan banyak hikmah yang dapat menjadi pelajaran bagi muslimin. Salah satunya ialah Thalut yang bertubuh kecil mampu mengalahkan fisik raksasa dari Jalut merupakan tanda bahwa Allah kadangkala berkehendak di luar batas ekspektasi manusia.
Karenanya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan agar berjuang dengan hanya mengharap keridaan dan izin Allah.
“Para pimpinan, dosen, karyawan, dan seluruh civitas akademik Universitas Muhammadiyah Jember harus senantiasa menjaga dan melakukan hablu min Allah dengan baik, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah,” ujar Haedar Nashir dalam Rangkaian Milad Universitas Muhammadiyah Jember pada Sabtu 19 Maret 2022.
Keruntuhan Keruntuhan Kaum Madyan
Selain peristiwa Thalut melawan Jalut, Haedar juga menyampaikan hikmah dari keruntuhan kaum Madyan. Mereka dilanda gempa yang dahsyat, diperdengarkan teriakan yang sangat kuat, dan ditimpa naungan yang disangka awan padahal siksaan. Allah menghukum mereka karena berbuat sewenang-wenang, hidup berlebihan, dan menolak risalah tauhid dari para Nabi.
“Bangsa ini juga sama, semakin dekat dengan Allah dan tidak alergi dengan istilah iman dan takwa, maka Allah akan limpahkan berkah dan karunia-Nya. Tapi kalau alergi dengan iman dan takwa, maka hati-hati di atas kuasa manusia ada kuasa Allah,” kata Haedar.
Agar mendapat berkah dari Allah, warga Muhammadiyah harus senantiasa membangun nilai-nilai spiritual. Haedar tidak ingin bila Muhammadiyah menjadi tampak perkasa dalam syiar dan kemajuan fisik, tetapi seolah kehilangan oase pemikiran dan spiritualitas. Karenanya, hati dan pikiran harus terus terkoneksi dengan Allah Swt melalui ibadah dan amal saleh.
Haedar juga mengingatkan bahwa membangun nilai-nilai spiritual tidak hanya berupa ibadah yang bersifat ritualistik, namun tetapi juga meliputi semua aspek kehidupan sosal kemasyarakatan. Karenanya, orang yang saleh adalah mereka yang ibadahnya baik sekaligus punya peran nyata dalam mengatasi segala problem sosial-kemasyarakatan.
“Ketika hubungan kita dengan Allah berjalan baik dengan melaksanakan ibadah, harus melahirkan kesalehan. Dan kesalehan itu bukan atributif, tetapi tampilan dalam jiwa dan tidak merasa paling suci atau benar dalam beragama sekaligus menanggap orang lain kotor,” tutur Haedar.