Jangan Pisahkan Kader NU vs NU Biasa, Ini Kritik Kader Muda pada PBNU
“PBNU kalau ingin berbicara soal politik praktis, pendekatannya harus inklusif, jangan memakai konsep-konsep yang memisahkan (binary position), misalnya kader NU versus NU biasa, NU struktural vs NU kultural, dlsb,” kata Syafiq Hasyim.
Intelektual muda NU, Syafiq Hasyim, memberikan kritik terhadap elit-elit pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dinilainya telah larut dalam masalah politik praktis.
“PBNU kalau ingin berbicara soal politik praktis, pendekatannya harus inklusif, jangan memakai konsep-konsep yang memisahkan (binary position), misalnya kader NU versus NU biasa, NU struktural vs NU kultural, dlsb,” kata lulusan sebuah universitas di Jerman ini, pada ngopibareng.id, Kamis 9 Agustus.
Menurut mantan aktivis Perhimpunan Pesantren dan Masyarakat (PPM) ini, PBNU dan pengurusnya adalah rumah dan orang-orang yang harusnya sudah melampaui batas model kategorisasi di atas karena mereka adalah mewakili NU yang memang terdiri dari unsur-unsur struktural dan kultural.
“Pengurus PBNU siapapun dia apakah level Tanfidziyah ataukah Syuriah memang harus melepaskan diri atau berusaha untuk tidak menjadi awam lagi, yakni masih berpikir berdasarkan dikhotomi di atas,” tegas Syafiq Hasyim.
“Begitu juga jika Pak Jokowi mau memilih wakil NU, maka Pak Jokowi jangan berpikir soal dikhotomi di atas karena politik negara adalah politik inklusif.”
Lebih jauh dijelaskan Syafiq Hasyim, “Begitu juga jika Pak Jokowi mau memilih wakil NU, maka Pak Jokowi jangan berpikir soal dikhotomi di atas karena politik negara adalah politik inklusif.”
“Jika tetap saja ada wacana dikhotomis tadi, terutama masih mempertentangkan soal kader dan orang biasa NU, saya ramalkan berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu, maka itu tidak begitu laku. Sekian,” tutur Syafiq Hasyim.
Sebelumnya, Alissa Wahid, putri sulung KH Abdurrahman Wahid menyesalkan sikap PKB terkait cawapres Jokowi.
“PKB 2018 ini gimana tho ya. Dulu enteng saja jualan nama Gus Dur, sekarang jualan NU. Sedih. Gus Dur dulu bikin partai ini untuk umat, bukan untuk rebutan kekuasaan. Mbok ingat: tasharaful imam ala raiyyah manuthun bil maslahah,” tulis Alissa, dikutip ngopibareng, Kamis 9 Agustus, di akun Twitter @AlissaWahid.
Berbeda dengan Ning Lissa, panggilan akrab kakak dari Yenny Wahid ini, yang mengkritik PKB. KH A Mustofa Bisri, Mustasyar PBNU, mengingatkan perilaku para elite di PBNU penuh dengan hasrat politik, khususnya soal turut campurnya terlalu dalam soal calon wakil presiden dalam Pilpres 2018. Joko Widodo yang hendak maju kembali, menurut rencana, hendak menggandengan unsur NU sebagai cawapres.
"Para pengurus dan pemimpin Nahdlatul Ulama yang harus bersikap hati-hati dalam menyampaikan pernyataan-pernyataan, terutama bila terkait dengan politik praktis. Dan sebaiknya tak usah bicara politik praktis di PBNU. Bukan tempatnya". (adi)
Advertisement