Jangan Meminta, Tiada Kebijaksanaan Tanpa Cinta
Meminta jabatan telah menjadi bagian di alam demokrasi. Buktinya, banyak calon legislatif, calon kepala daerah, mulai dari kepala desa, bupati/walikota, gubernu hingga presiden.
Begitulah kedudukan dan jabatannya yang terus diincar. Kita menyaksikan maraknya meminta jabatan di era reformasi. KH Husein Muhammad menyampaikan pesan-pesan selaran dengan nilai ajaran Islam berikut:
Aku baru saja ditanya teman tentang hadits ini ;
عن عَبْد الرَّحْمَنِ بْن سَمُرَةَ رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال له: «يا عبد الرحمن بن سَمُرَة، لا تَسْأَلِ الإِمَارَةَ؛ فإنك إن أُعْطِيتَها عن مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إليها، وإن أُعْطِيتَهَا عن غير مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عليها،
Nabi SAW berkata kepada Abdurrahman bin Samurah : "Janganlah kau meminta jabatan. Jika kau diberikan jabatan karena kau memintanya, kau akan dibebani tanggungjawab berat. Tetapi jika kau diberi jabatan tidak atas permintaanmu, kau akan dibantu". صحيح] - [متفق عليه]].
Bagaimana realitas kita hari dan selama ini ya?.
Tiada Kebijaksanaan Tanpa Cinta
Betapa dalam ruang sosial hari-hari ini yang mendebarkan, aku ingin selalu menyampaikan kata-kata indah ini :
من السهل أن تُحب إلها يتصف بالكمال، والنقاء، والعضمة، لكن الأصعب من ذلك أن تُحب إخوانك البشر بكل نقائصهم وعيوبهم. تذكر! إن المرء لا يعرف إلا ما هو قادر على أن يُحبُه. فلا حكمة من دون حبّ. وما لم نتعلم كيف نُحب خلق الله، فلن نستطيع أن نُحب حقاً ولن نعرف الله حقاً.
Mencintai Tuhan yang Sempurna, Yang Suci dan Yang Agung itu mudah. Yang amat sulit adalah mencintai manusia dengan segala kekurangan dan segala cacat.
Ingatlah, orang tidak bisa mengerti selain apa yang dia cintai. Tak ada kebijaksanaan tanpa cinta. Selama kita tidak belajar mencintai ciptaan Allah, kita tidak benar-benar mencintai apapun dan kita tidak akan pernah benar-benar mengenal Allah. (Syams Tabrizi. 40 Kaedah Cinta). 23.05.23
Masih Berjalan di Tempat
Syeikh Syamsi Tabrizi suatu hari menghadiri sebuah forum bahtsul masail para ulama di suatu tempat. Ia tampak resah mendengar dan menyaksikan sebuah perdebatan dalam isu-isu keagamaan tersebut. Ia terusik dan tak tahan ingin sekali ikut bicara. Lalu ia berdiri dan minta izin untuk bisa bicara. Lalu dia mengatakan :
الى ما تمضون اوقاتكم فى النقل عن فلان وفلان. اليس لديكم شيء جديد تقولونه؟. ومتى سيقول أحدكم : قلبى نقل عن الهى كذا وكذا. بدلا من أن تستعيدوا كلاما مكررا مسموعا ومعروفا؟ (شمس التبريزي).
"Sampai kapan kalian menghabiskan waktu-waktu kalian dengan mengutip kata si anu dan si anu?. Apakah tidak ada sesuatu yang baru yang kalian sampaikan?. Kapan ada orang yang mengatakan : "hatiku menerima dari Tuhanku begini dan begini, daripada mengulang-ulang kata-kata orang, atau menerima begitu saja pernyataan-pernyataan yang didengar dan yang sudah dikenal?". (Syarh Qawa'id al-Isyq al-Arbaun/Empat puluh Kaedah Cinta).
Guru Maulana Jalaluddin Rumi dan sufi "nyentrik" ini tampaknya sedang mengkritik pengetahuan eksoteris, pandangan dan metode Bahtsul Masail bernuansa konservatif dan tekstualistik itu dan belum beranjak ke pemecahan substantif, filosofis, esoteris/sufistik dan kontekstual.
Kritik Syams yang tajam itu mengundang kontroversi bahkan kemarahan para ulama eksoteris, ulama fiqh itu. Tetapi ia tak peduli. Ia terus melangkah, mengkritik dan ingin mengubah dan bergerak melakukan analisis kontekstual agar tak tertinggal.
Realitas kajian yang dilihat Syeikh Tabrizi itu tampaknya masih menjadi model yang populer dan menarik sampai hari ini. Ia berharap kajian itu tidak berhenti pada rumusan fiqh yang formalistik itu, melainkan menelisik sampai ke ruh.
Demikian catatan KH Husein Muhammad. (22.05.23/HM)
Advertisement