Jangan Melihat Kecilnya Ilmu, Pesan Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim
Terlebih dulu, mari kita pahami pesan Rasulullah SAW. dalam sabda :
عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُوْلُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ
Dari Amir mengatakan, aku mendengar Abdullah bin Amru mengatakan, Rasulullah SAW. bersabda :
"Muslim yang sempurna adalah yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang. " (H. R. Bukhari no . 6484)
Sejauh ini, ada juga yang menganggap terlalu kecil untuk mengajarkan hal-hal remeh. Ada yang menganggap dirinya lebih unggul dari lainnya.
Berikut kisah indah dari Kiai Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Suramadu:
Setelah lulus dari Takhassus Fikih Pondok Ploso (Pesantren Al-Falah) saya langsung ikut istri di Surabaya. Kalau pulang ke pondoknya kakek di Malang mungkin langsung bisa ngajar kitab-kitab besar.
Tapi tidak langsung bisa di Surabaya. Saya pernah diajak sowan ke Pondok Nurul Huda, Sencaki Surabaya, tapi saat itu sedang tidak memerlukan guru. Juga ke Pondok Miftahus Sunnah di Kedungtarukan, Pondok Al-Fitrah di Kedinding dan beberapa pesantren lainnya. Saat itu sedang tidak ada "lowongan" pengajar Diniyah.
Sebuah langgar di Pogot III Surabaya saya diterima mengajar Iqra', Alif Ba' Ta'. Saya jalani cukup lama. Berlanjut ke Madrasah Ibtidaiyah di Kedinding Lor, Yatabu yang menjadi cabang dari Pondok Rangkah.
Saat itu saya sempat terbersit: "Masak lulusan Fathul Wahhab, khatam ngaji Muhadzab mau ngajar Mabadi'?". Setelah ngaji kitab Syarah Hikam saya menemukan maqalah ulama:
لا تنظر إلى صغر المعصية لكن انظر إلى عظم من عصيت
"Jangan lihat kecilnya dosa. Tapi lihatlah Agungnya Dzat yang engkau langgar"
Jika bilang "ini kan dosa kecil", maka cenderung terus mengulang dosa kecil dan akhirnya besar. Tapi ketika meyakini keagungan Allah maka tidak akan berani berbuat dosa sekecil apapun.
Demikian pula ilmu. Ketika mengecilkan ilmu maka akan meremehkan untuk mengajar kitab-kitab dasar. Padahal di kitab dasar itulah pondasi ilmu ditentukan. Bagi saya tidak ada ilmu yang kecil sebab saya menisbatkan ilmu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Kami mengajar memaknai kitab metode pesantren "utawi iki iku" dan menulis Arab Pegon bersama santri PPs Raudlatul Ulum Suramadu yang lulus dari SD. Dari awal inilah semoga kelak sampai kitab-kitab besar," tutur Kiai Ma'ruf Khozin.
Advertisement