Jangan Jijik, Terapi Lintah Sembuhkan Migrain hingga Diabetes
Lintah masih dipandang remeh karena dianggap menjijikkan dan mengisap darah. Namun, dokter dari Mesir kuno, India, Arab dan Yunani menggunakan lintah untuk banyak tujuan terapeutik seperti penyakit kulit, masalah reproduksi, masalah gigi, kelainan sistem saraf, dan masalah peradangan.
Terapi lintah merupakan salah satu metode pengobatan unik yang juga dikenal dengan nama hirudotherapy. Lintah adalah hewan hematofagus yang diketahui memiliki banyak senyawa aktif biologis dalam air liur dan sekresi lainnya.
Menggunakan lintah sebagai terapi telah cukup lama dikenal dan dipraktikkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Berikut ini ulasan mengenai manfaat dan efek samping melakukan terapi lintah yang sudah dirangkum oleh Ngopibareng.id.
Anatomi dan Fisiologi Lintah
Secara taksonomi, hewan lintah dikelompokkan sebagai subkelas Hirudinea. Hewan ini berkerabat dengan Oligocheata (seperti cacing tanah) yang sama-sama memiliki tubuh lunak, berotot, beruas, dapat memendek serta memanjang, memiliki klitelum, serta bersifat hermafrodit.
Semua anggota kelompok lintah menunjukkan kemiripan sangat tinggi dalam morfologinya, dan sangat berbeda dari anggota Annelida lainnya yang umumnya berbentuk silinder dengan selom (rongga tubuh) tunggal berisi cairan.
Dalam tubuh lintah, selom telah berubah menjadi empat saluran yang membujur di tubuhnya, dan bagian dalam tubuhnya berisi dermis yang padat yang memisahkan organ-organ. Umumnya tubuh lintah berbentuk pipih di lokasi dorsal (punggung) dan ventral (perut) dan mengecil di ujung anterior (depan) dan posterior (belakang atau ekor).
Seperti anggota Annelida lainnya, lintah adalah hewan beruas, tetapi ruas-ruas tubuh lintah tertutup oleh anulus atau cincin di bagian luar tubuhnya. Permukaan tubuh lintah terbagi menjadi 102 cincin, sedangkan tubuhnya hanya memiliki 33 ruas.
Lima ruas terdepan digolongkan sebagai kepala, tempat beradanya otak anterior, oselus dorsal (mata sederhana) serta pengisap di bagian ventral. Sebanyak 21 ruas selanjutnya merupakan pertengahan tubuh, yang masing-masing memiliki ganglion saraf, dan secara keseluruhan memiliki organ reproduksi (gonopori), yaitu sebuah organ betina serta testis sebanyak sembilan pasang.
Tujuh ruas terakhir ditempati otak posterior dan melebur bersama membentuk pengisap bagian ekor.
Terapi Lintah dalam Dunia Medis
Terapi lintah dalam dunia medis telah dikenal mulai peradaban Mesir, Yunani, India, hingga Arab Kuno. Para ahli pada zaman dahulu percaya, bahwa lintah mampu menyembuhkan segala penyakit, termasuk laringitis, kelainan sistem saraf, demam kuning, masalah gigi, penyakit kulit, dan infeksi.
Lintah termasuk hewan hematofagus alias pemakan darah. Di alam liar, lintah akan menempel pada kulit hewan dan mengisap darah sebagai makanannya. Saat ini para ahli memanfaatkan air liur lintah jenis Hirudo medicinalis untuk perawatan medis karena memiliki kandungan senyawa aktif seperti berikut:
• Anestesi lokal alami untuk mengurangi rasa sakit.
• Vasodilator lokal untuk melebarkan pembuluh darah.
• Hirudin dan calin untuk mencegah proses pembekuan darah.
Dalam dunia kedokteran modern, dokter umumnya akan memanfaatkan terapi lintah sebagai upaya penyelamatan terakhir dalam operasi plastik dan bedah mikro lainnya, yang bertujuan untuk menyelamatkan jaringan atau anggota tubuh yang terancam mati, termasuk akibat komplikasi penyakit atau dalam proses pemasangan kembali bagian tubuh yang terputus.
Manfaat Terapi Lintah
1. Membantu terapi diabetes
Manfaat terapi lintah bagi penderita diabetes yaitu dapat membantu mencegah penggumpalan darah dan meningkatkan sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang baik berarti meringankan kerja jantung dan menurunkan tekanan pada pembuluh darah.
Dalam salah satu kandungan air liur lintah, terdapat zat penting yang disebut Hirudin. Fungsinya adalah untuk menekan pembekuan darah. Pada pasien diabetes, darahnya mengental sehingga memiliki risiko penggumpalan darah yang lebih tinggi.
2. Mengobati masalah telinga dan pendengaran
Dalam Leech Therapeutic Applications, juga ditulis manfaat terapi lintah sebagai pengobatan untuk masalah pendengaran dan telinga seperti tinnitus (telinga berdenging) dan otitis (infeksi telinga) yang akut maupun kronis. Air liur lintah mengeluarkan zat analgesik (penangkal rasa sakit), enzim-enzim yang menguntungkan, dan zat pengencer darah. Zat-zat ini membuka penggumpalan darah, melebarkan pembuluh darah, dan meningkatkan sirkulasi darah di sekitar telinga. Zat anti-mikroba dalam air liur lintah juga membantu membunuh bakteri dan patogen yang menyebabkan sakit telinga.
3. Meringankan gejala osteoarthritis
Efek analgesik atau penangkal rasa sakit dari terapi lintah ternyata bermanfaat bagi penderita penyakit tertentu, misalnya pengidap osteoarthritis (OA). Para pasien OA biasanya mengeluhkan rasa sakit, kaku, dan bengkak di persendian. Hal ini tentunya mengganggu kegiatan sehari-hari.
Beberapa laporan manfaat terapi lintah dirasakan oleh pasien OA. Efek terapi lintah dianggap lebih ampuh meringankan rasa sakit, mengurangi pembengkakan sendi, serta meningkatkan mobilitas. Efek terapi dirasakan selama kurang lebih 2 bulan.
4. Mengatasi penyakit kulit
Manfaat terapi lintah juga dapat membantu mengatasi penyakit kulit. Terapi lintah dapat meringankan hingga mengatasi gejala penyakit kulit dengan cara meningkatkan sirkulasi darah di dua lapisan teratas kulit.
Penderita cacar ular (cacar api) atau Shingles yang disebabkan oleh virus, juga dapat diperoleh dari terapi lintah. Rasa sakit yang ditimbulkan penyakit ini dapat berkurang dengan efek analgesik dari air liur lintah. Pada beberapa pasien, efek analgesik dapat bertahan hingga 6 bulan atau lebih.
5. Meningkatkan sirkulasi darah
Dalam air liur lintah terdapat sekitar 100 zat bioaktif yang bermanfaat untuk membantu menyembuhkan dan menyehatkan bagi manusia. Salah satu komponennya, hirudin, berperan sebagai zat anti pembekuan darah.
Bekerja sama dengan zat calin, hirudin mampu menjadi pencegah penggumpalan darah darah dalam tubuh manusia yang efektif.
Komponen zat lainnya secara umum juga bermanfaat bagi kelancaran peredaran darah. Darah yang memiliki konsistensi yang kental mudah menggumpal dan berdampak pada naiknya tekanan darah. Selain itu, darah yang menggumpal dapat masuk ke dalam organ-organ dan bagian tubuh yang berbeda, kemudian menjadi salah satu penyebab stroke dan serangan jantung.
6. Bermanfaat bagi kulit
Enzim dalam air liur lintah dapat merangsang kinerja sistem kekebalan tubuh, sekaligus meningkatkan sirkulasi darah dan menstimulasi sel-sel tubuh untuk bekerja lebih efisien.
Hal ini membuat lintah bermanfaat dalam dunia bedah plastik untuk membantu memulihkan kulit setelah operasi. Manfaat terapi lintah untuk kulit didapat dari beberapa enzim dan zat bioaktif di dalam liur lintah, seperti:
• Anti-elastase, untuk memperlambat proses penuaan kulit dan menghambat enzim yang merusak elastin. Elastin adalah protein pada kulit dan jaringan tubuh yang membantu untuk menjaga kulit supaya fleksibel dan kencang.
• Hyaluronic acid, sebagai efek pencegah kerut yang ampuh.
• Steroid, membantu kulit terlihat lebih muda.
• Lipids dan phosphatidic acids, meningkatkan proteksi lapisan kulit.
• Elastin dan kolagen, mengurangi tegangan jaringan kulit.
7. Membantu luka bekas amputasi
Cedera amputasi (kehilangan bagian tubuh akibat kecelakaan) dapat menyebabkan sirkulasi darah yang tidak tepat ke area tersebut. Dalam sebuah penelitian, bahwa terapi lintah bisa membantu meningkatkan aliran darah dan sensitivitas area tersebut.
8. Membantu mencegah penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah
Terapi lintah yang diketahui sangat efektif melancarkan peredaran darah sekaligus mencegah sumbatan pembuluh darah, menjadikan lintah banyak dimanfaatkan untuk mengobati gangguan sirkulasi darah dan penyakit kardiovaskular.
Selain itu, air liur lintah diduga memiliki efek antinyeri, antiperadangan, dan dapat melebarkan pembuluh darah. Air liur lintah kini banyak digunakan sebagai campuran obat tekanan darah tinggi, wasir, varises, dan gangguan kulit.
Efek Samping Terapi Lintah
Selain memiliki manfaat baik bagi kesehatan, terapi lintah juga memiliki efek samping.
1. Infeksi Bakteri
Salah satu efek samping terapi lintah yang cukup menjadi perhatian adalah infeksi bakteri yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap obat.
Untuk meminimalisir efek samping ini, sebaiknya hindari melakukan terapi lintah di tempat selain fasilitas kesehatan yang telah memiliki izin. Pasien dengan masalah imun seperti penyakit autoimun, juga tidak disarankan untuk melakukan terapi lintah.
2. Pendarahan
Seekor lintah dewasa mengambil sekitar 15 ml darah, namun bekas gigitan lintah dapat terus mengeluarkan darah hingga kurang lebih 10 jam sebagai efek dari enzim anti pembekuan darah yang dikeluarkan oleh lintah.
Pendarahan yang lebih banyak jarang terjadi, namun efek samping terapi lintah ini kemungkinan karena kondisi pasien yang sedang menderita masalah pembekuan darah atau kondisi kesehatan lainnya. Oleh sebab itu, penderita anemia tidak direkomendasikan untuk menggunakan terapi lintah.
3. Alergi
Sebagian orang mungkin alergi dengan air liur lintah yang mengandung hirudin. Jika ini terjadi, terapi akan dihentikan dan tidak direkomendasikan bagi pasien tersebut.
4. Gatal
Pada kebanyakan pasien, efek samping terapi lintah yang normal terjadi adalah rasa gatal di bekas gigitan pada hari kedua setelah terapi dan akan berlanjut hingga dua atau tiga hari.
Walau terasa mengganggu, rasa gatal ini adalah tanda bahwa luka sedang menyembuhkan diri. Pada bekas gigitan juga mungkin akan muncul tanda inflamasi seperti bengkak dan kemerahan. Bersama dengan rasa gatal, tanda inflamasi ini akan hilang dengan sendirinya.
5. Mengantuk
Sebagian pasien juga akan merasa mengantuk selama beberapa jam sebagai efek samping terapi lintah. Hal ini disebabkan zat analgesik alami dan zat bioaktif lainnya yang cukup kuat, seperti serotonin dan endorphin, yang dikeluarkan oleh lintah. Efek ini juga akan membuat beberapa pasien merasa rileks dan mengurangi rasa sakit.
Advertisement